Amputasi Mr P, Kenali Periode Emas untuk Cegah Komplikasi

Selasa, 12 Maret 2019 | 20:30 WIB
Amputasi Mr P, Kenali Periode Emas untuk Cegah Komplikasi
Amputasi penis harus dilakukan dalam periode emas. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Amputasi Mr P, Kenali Periode Emas untuk Cegah Komplikasi

Amputasi penis adalah tindakan pemotongan penis secara menyeluruh atau sebagian yang dipicu oleh berbagai hal seperti cedera atau penyakit tertentu. Tentu saja penis yang diamputasi harus mendapatkan penanganan khusus agar organ seksual tersebut dapat diselamatkan.

Dalam kegiatan bertema 'Penatalaksanaan kasus Emergensi Urologi' bagi para dokter umum, dr. Jupiter Sibarani Sp.U dari Siloam Hospitals Purwakarta mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah menyimpan potongan organ lalu mencucinya dengan NaCl. Kemudian potongan penis yang sudah dicuci ditempatkan dalam kantong plastik segel untuk disimpan dalam wadah bersuhu dingin yang berisi es batu.

"Dan biasanya golden periode terjadi sekitar enam hingga 10 jam. Jika kita menyimpannya dengan benar maka tindakan rekonstruksi organ tersebut dapat dilakukan," ujar dokter spesialis Urologi Siloam Hospitals Purwakarta dr. Jupiter Sibarani dalam keterangan resmi yang diterima Suara.com, Selasa (12/3/2019).

Baca Juga: Bukan Mengusir, Prabowo Minta Aparat Minta Maaf ke Rakyat yang Dikasari

Irwan Gandana, Direktur Siloam Hospitals Purwakarta mengatakan edukasi seputar kondisi emergensi urologi yang meliputi organ ginjal, saluran kemih, prostat, kandung kemih dan alat kelamin bagi para dokter umum diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter umum dalam penanganan awal pada pasien.

"Harapannya para dokter umum dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan awal dari kasus kegawat daruratan urologi sebelum nanti dirujuk ke dokter urologi di RS," ujar Irwan.

Dalam seminar tersebut dibahas pula mengenai penanganan batu ginjal tanpa pembedahan yaitu dengan ESWL atau Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy. ESWL merupakan prosedur non-invasif, di mana tidak diperlukan adanya pembedahan untuk penanganan batu ginjal.

Penatalaksanaan kasus emergensi urologi di RS Siloam Purwakarta. (Dok. Siloam)
Penatalaksanaan kasus emergensi urologi di RS Siloam Purwakarta. (Dok. Siloam)

"Prosedur ini banyak digunakan dan bersifat relatif lebih aman. Efek pemecahan batu memberikan hasil yang efektif pada 80-85 persen kasus," imbuh dr. Safendra Siregar Sp.U.

Ia menambahkan, ESWL bekerja melalui transmisi gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu melalui jaringan dan cairan tubuh, sehingga batu menjadi fragmen-fragmen batu yang lebih kecil dan dapat keluar secara spontan melalui kencing.

Baca Juga: Di Depan Hotman, Bella Luna Jujur Sudah Seranjang Sebelum Dinikahi Nana

"Prosedur ini memerlukan waktu yang cukup singkat sekitar 30-60 menit, dan di Siloam Hospitals Purwakarta sudah menerima pasien BPJS Kesehatan untuk tindakan ESWL ini," imbuh dia.

Prosedur ESWL, sambungnya, memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan prosedur lain dalam penanganan kasus batu ginjal. Antara lain, tidak memerlukan pembedahan atau pemasukan alat ke dalam tubuh, rasa nyeri yang minimal, bahkan tidak memerlukan pembiusan.

"Selain itu, perawatannya singkat, bahkan tidak perlu rawat inap. Tindakan dapat diulang pada kasus batu residif dan dapat digunakan pada semua usia," tandas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI