Karena stigma dan kurangnya pendidikan seksual, pengetahuan soal menstruasi pun masih terbatas.
Selain itu, beberapa negara menilai, jika seorang perempuan sudah memasuki siklus pertama menstruasi, berarti dia sudah siap menikah. Perspektif ini menyebabkan peningkatan pada risiko kehamilan remaja dan membatasi pendidikan serta peluang kerja anak perempuan.
"Perubahan global dalam budaya diperlukan untuk menghormati menstruasi, mengakuinya sebagai masalah hak asasi manusia, dan menghapus diskriminasi, rasa malu, serta stigma yang terlalu sering melekat pada kesehatan menstruasi," tutup PBB. (Himedik/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)
Baca Juga: Sandiaga: Penghapusan Pajak Buku untuk Perbaiki Ekosistem Penerbitan