Anak Lebih Pintar dari Orangtua Soal Teknologi, Ini yang Perlu Diwaspadai

Sabtu, 02 Maret 2019 | 19:34 WIB
Anak Lebih Pintar dari Orangtua Soal Teknologi, Ini yang Perlu Diwaspadai
Ada dampak yang perlu diwaspadai bila anak lebih pintar dari orangtuanya soal teknologi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fenomena pengasuhan paling mengkhawatirkan saat ini adalah anak lebih pintar dari orangtua soal teknologi. Hal itu tentunya memiliki dampak yang sangat mengkhawatirkan, mengingat ada banyak bahaya yang timbul akibat dari penyalahgunaan teknologi.

Hal itulah yang disampaikan Asisiten Deputi Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Aanak, Valentina Gintings. Ia menyebut dampak fenomena tersebut mulai dari yang terkecil hingga besar.

“Saat ini hubungan anak dan teknologi kian lekat. Tanpa disadari, kelekatan tersebut mengakibatkan rendahnya kualitas hubungan antara anak dengan orangtua. Anak yang memiliki pola komunikasi yang buruk dengan orangtuanya lebih rentan menjadi korban kekerasan dan eksploitasi di media sosial,” ungkap Valentina Gintings saat menghadiri acara bertajuk Advokasi dan Sosialisasi Pencegahan Kekerasan dan Eksploitasi, melalui Siaran Pers yang diterima Suara.com.

Anak-anak bisa semakin pintar dalam hal teknologi ketika ditunjang dengan kemudahan akses internet yang bisa mendorong anak terkoneksi tanpa batas dengan banyak hal. Oleh karena itu menjadi tantangan tersendiri bagi para orangtua dalam melindungi anak-anak.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional: Menyuarakan Kesetaraan Gender Lewat Makeup

“PR orangtua melindungi anak-anak menjadi semakin berat ketika tidak mampu mengimbangi kecanggihan teknologi. Internet dan media sosial dianggap semakin membuka peluang dan kesempatan bagi pelaku kekerasan dan eksploitasi seksual mengincar korbannya,” sambung Velentina dalam kegiatan yang digelar di Jembarana, Bali.

Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Tahun 2011-2016 menunjukkan bahwa terdapat 1.809 kasus eksploitasi anak online di Indonesia. Untuk itu, ia menilai peluang dan kesempatan pelaku ini kemudian didukung dengan tindakan anak yang mungkin tanpa sadar mengunggah materi seksualitas diri mereka tanpa mereka sadari.

“Anak korban kekerasan berpotensi dua kali lipat melakukan kekerasan ketika mereka dewasa. Jadi mari kita bersama-sama mendidik mereka dengan cinta dan kasih sayang, untuk menjaga masa depan mereka yang lebih baik,” tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI