Nyeri karena Patah Hati Mirip dengan Serangan Jantung? Ini Alasannya

Vika Widiastuti Suara.Com
Jum'at, 01 Maret 2019 | 16:29 WIB
Nyeri karena Patah Hati Mirip dengan Serangan Jantung? Ini Alasannya
Ilustrasi perempuan mengalami nyeri dada. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernahkan Anda merasakan nyeri saat patah hati? Nyeri yang dialami ketika patah hati ternyata mirip dengan yang dirasakan orang ketika terkena serangan jantung.

Menurut beberapa penelitian, perasaan yang menganggu sisi psikologis manusia ini juga berdampak pada fisik.

Mengutip Rita Watson dari Psychology Today, rasa sakit ketika patah hati dipicu oleh lonjakan hormon yang dialami wanita, atau terkadang pria, setelah kehilangan orang yang dicintainya, hubungan asmara berakhir, atau bercerai.

Lonjakan adrenalin ini mengganggu kemampuan memompa jantung, sehingga 'pompa membeku' dan membuat ventrikel kiri membesar. Rasa sakitnya sering terasa sangat parah, sehingga terkadang seseorang sampai harus dilarikan ke UGD. Meski begitu, sindrom patah hati tidak dianggap mengancam jiwa.

Baca Juga: Kenali, Beda Nyeri Dada Biasa dengan Gejala Serangan Jantung

Ilustrasi patah hati - (Shutterstock)
Ilustrasi patah hati - (Shutterstock)

Lalu, bagaimana dengan pasangan yang meninggal dalam beberapa minggu atau bulan setelah kehilangan suami atau istrinya? Kejadian ini cukup unik sebagai bentuk berkabung, yang biasanya dialami pasangan lansia yang telah menjalani kehidupan pernikahan yang panjang bersama.

Elizabeth Mostofsky, dari unit penelitian epidemiologi kardiovaskular di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, menjelaskan bahwa setelah kematian orang yang dicintai, risiko serangan jantung meningkat 21 kali lipat lebih tinggi dalam 24 jam.

Meskipun berkurang setiap hari sesudahnya, risiko itu tetap meningkat selama beberapa bulan.

Mostofsky mengatakan, tanda-tanda berkabung mencakup "peningkatan perasaan depresi, kecemasan, dan kemarahan, dan itu telah terbukti berhubungan dengan peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan kecenderungan pembekuan darah, yang semuanya dapat menyebabkan serangan jantung." (HiMedik.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)

Baca Juga: Penanganan Serangan Jantung Terlambat, Risiko Kematian Meningkat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI