Suara.com - Mengenal Imunoterapi, Senjata Harapan Baru Bagi Penderita Kanker Paru
Data terbaru Globocan 2018 menunjukkan ada 2 juta kasus baru kanker paru di seluruh dunia, dengan kematian mencapai 1,8 juta. Di Indonesia, diperkirakan 40 per 100.000 orang berisiko kanker paru, terutama pria berusia di atas 40 tahun dan perokok aktif.
Mengingat kematian kanker paru sangat tinggi, maka upaya menemukan terapi yang bisa meningkatkan harapan hidup pasien terus dilakukan. Selain tentu upaya pencegahan dengan kampanye anti rokok dan pola gaya hidup sehat.
Saat ini sudah dikenal pengobatan terbaru kanker paru yaitu imunoterapi. Konsep imunoterapi adalah memberdayakan sel-sel imun agar lebih aktif melawan sel kanker. Pada orang normal, begitu ada sel-sel yang tumbuh tidak normal akan segera terdeteksi oleh sistem imun tubuh, untuk dimatikan atau dibuat menjadi normal kembali.
Baca Juga: Superliga Ganggu Program Ganda Putra ke All England 2019
"Kanker ini sangat pintar. Ia memiliki kemampuan untuk lari dari radar sistem imun tubuh kita, sehingga sering tidak terdeteksi oleh sistem imun. Konsep imunoterapi adalah membuat sel-sel imun tubuh kembali mampu mengenali sel kanker dan menjadi aktif menyerangnya,” ujar dr. Sita Andarini SpP(K), Ph.D, dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Lebih lanjut dr Sita menjelaskan, imunoterapi merupakan terapi terbaru kanker. Beberapa penelitian menunjukkan, pasien kanker paru yang diberikan imunoterapi memiliki respon terapi yang lebih baik. Indikatornya adalah dari perkembangan tumor yang bisa dihentikan, dan memperpanjang harapan hidup.
Dr. Sita mengutip penelitian penggunaan imunoterapi pada pasien kanker kanker paru yang belum pernah mendapatkan terapi apapun. Pasien yang mendapatkan imunoterapi memiliki hasil akhir berupa masa hidup lebih panjang dan masa hidup bebas penyakit lebih lama dibandingkan pasien yang mendapatkan kemopterapi saja.
Imunoterapi yang digunakan dalam penelitian ini dan sudah disetujui untuk terapi kanker paru adalah pembrolizumab atau anti PD-L1. Cara kerja pembrolizumab adalah memutus ikatan antara reseptor PD1 yang ada di sel-sel limfosit T (bagian dari sistem imun) dengan PD-L1 yang ada di permukaan sel-sel kanker.
“Ketika resptor PD1 pada sel limfosit T ini bertemu atau berikatan dengan PD-L1 yang ada di sel tumor, maka sel T menjadi lumpuh alias tidak aktif. Ia tidak bisa mengenali sel tumor untuk dimusnahkan. Terapi anti PD-L1 dimaksudkan untuk memutus ikatan PD1 dengan PD-L1, sehingga sel T kembali aktif membunuh sel-sel tumor," sambung dr. Lisnawati, SpPK, Kepala Departemen Patologi Klinik dari FKUI/RSCM.
Baca Juga: Merasa Kasusnya Dipolitisasi, Ratna Siap Bertarung Selama Sidang
Terapi anti PD-L1 ini sangat individual, artinya hanya efektif diberikan pada pasien kanker paru yang sel-sel tumornya menunjukkan ekspresi PD-L1 lebih dari 50 persen. Penelitian membuktikan jika ekspresi PD-L1 lebih dari 50 persen diberikan imunoterapi, respon pengobatannya mencapai sekitar 60 persen.