Suara.com - Rekreasi Bisa Jadi Cara Pulihkan Trauma Akibat Bencana
Bencana gempa dan tsunami yang melanda pesisir Selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu menelan korban meninggal hingga 430 jiwa, dengan 7.000 orang luka-luka dan 30 orang dinyatakan hilang. Di Banten, daerah terparah dialami oleh Kampung Sumur yang terletak di Tanjung Lesung Pandeglang.
Penduduk yang menjadi korban sebagian besar mengalami trauma, terutama anak-anak SD di Kampung Sumur. Salah satu cara untuk memulihkan trauma pasca bencana adalah dengan rekreasi.
Hal ini disampaikan Jumrana Salikki selaku Sekretaris Jenderal Majelis Nasional Forum Alumni HMI Wati (Forhati).
Baca Juga: Grace Natalie soal Smackdown Neno Warisman: Positif, Selama Tidak Hoaks
"Healing psikososial yang penting bagaimana semangat anak bangkit kembali, bisa lewat permainan, lagu-lagu, motivasi dan rekreasi," ujar Jumrana dalam temu media di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (26/2/2019).
Jumrana menambahkan, atas dasar inilah, Majelis Nasional Forhati bersama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (Ancol) mengajak 100 anak dari Kampung Sumur, Pandeglang, Banten untuk rekreasi di Ancol Taman Impian.
Ia mengatakan anak-anak korban bencana tsunami tersebut sangat senang begitu tahu akan diajak rekreasi ke Ancol.
"Mereka berpikir Ancol begitu indah karena keluar dari desa saja sudah susah apalagi ke Ancol. Dari semalam saja mau berangkat sudah senang. Mereka mikir ada permainan, ada kereta-keretaan. Dia nggak menyangka begini toh Ancol," imbuh dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Ancol, C. Paul Tehusijarana menambahkan, anak-anak yang mengikuti kegiatan ini adalah anak-anak yang terdampak bencana tsunami di Pandeglang, Banten tepatnya siswa kelas 3-6 SD Taman Jaya Kampung Sumur. Ia berharap anak-anak ini dapat menikmati seluruh permainan dan wahana yang ada di kawasan rekreasi.
Baca Juga: Babak Baru Kisruh Selang Cuci Darah RSCM, Prabowo Digugat Rp 1,5 Triliun
"Kami harap kegiatan hari ini bisa menghibur serta menambah wawasan dan juga membantu anak-anak dalam memulihkan kondisi psikologisnya," ujar Paul.