Waspada! Perempuan Lebih Rentan Alami Skoliosis Daripada Lelaki

Rabu, 20 Februari 2019 | 07:15 WIB
Waspada! Perempuan Lebih Rentan Alami Skoliosis Daripada Lelaki
Ilustrasi perempuan kena skoliosis [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Waspada! Perempuan Lebih Rentan Alami Skoliosis Daripada Lelaki.

Memiliki tulang belakang yang bengkok dengan sudut cukup besar seperti skoliosis kerap membuat seseorang menjadi menderita. Penderitaan tak hanya karena rasa nyeri yang harus ditanggung, namun juga penampilan yang membuat rasa percaya diri menurun.

Nah untuk prevalensinya, menurut Dr. dr. Wawan Mulyawan SpBS(K), SpKP skoliosis lebih sering dialami perempuan dibandingkan laki-laki. Belum diketahui alasan yang mendasarinya namun survei menunjukkan prevalensi skoliosis pada perempuan dan laki-laki memiliki perbandingan 10 berbanding 1.

Seminar Kesehatan masalah Tulang Belakang [Suara.com/Firsta]
Seminar Kesehatan masalah Tulang Belakang [Suara.com/Firsta]

"Belum diketahui penyebab pasti kenapa perempuan lebih berisiko tapi faktor genetik berperan penting. Apalagi perempuan ketika sudah pubertas, mengalami berbagai perubahan di tubuhnya yang pada sebagian orang memicu skoliosis," ujar dr Wawan dalam temu media di Lamina Pain and Spine Center, RS Melia Cibubur, Selasa (19/2/2019).

Baca Juga: Moeldoko Sebut Jokowi Hanya Berikan Contoh, Bukan Menyerang Pribadi Prabowo

Lebih lanjut ia menjelaskan, skoliosis adalah kondisi medis di mana tulang belakang manusia dilihat dari belakang akan tampak meIengkung ke kiri atau ke kanan. Kurva lengkungnya biasanya berbentuk "S' atau 'C' sedikitnya 10 derajat.

Dalam beberapa kasus lengkungan ini bersifat stabil, sementara dalam beberapa kasus Iain, derajat lengkungannya bisa meningkat seiring waktu. Skoliosis ringan biasanya tak menyebabkan masalah, namun kasus berat bisa membuat penderita mengalami masalah pernafasan. Meski penderita mungkin tak merasakan nyeri tertentu.

Skoliosis bisa disebabkan banyak sebab. Misalnya kongenital, terjadi saat periode perkembangan janin. SkoIiosis juga bisa disebabkan oleh keturunan atau genetik, panjang kaki yang berbeda, cedera, infeksi atau tumor.

"Pasien mungkin merasakan tinggi bahu atau panggung kiri dan kanan yang berbeda, merasa kebas, Iemah atau sakit di kaki, sulit berjalan atau berdiri tegak, lelah, sesak nafas dan merasa terjadi penyusutan tinggi badan," kata Dr. Wawan.

Setelah berbagai pemeriksaan, dokter akan memberikan alternatif tindakan berdasarkan beberapa faktor penentu. Misalnya lokasi Iengkungan, derajat lengkungan, rasa nyeri, sesak nafas atau jenis kelamin. Beberapa alternatif yang mungkin bisa dilakukan mulai dari sekadar observasi, non-bedah seperti penggunaan korset atau tindakan pembedahan.

Baca Juga: Cahaya Misterius Muncul, Pakar UFO Sebutkan Alien Mendarat

Obsevasi dilakukan jika lengkungan termasuk kategori ringan. Untungnya ini terjadi hampir pada 90 persen kasus Skoliosis. Sementara jika lengkungan antara 20-40 derajat dokter mungkin akan menganjurkan penggunaaan korset (brace).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI