Sama-sama Menular, Ini Bedanya Kusta Basah dan Kusta Kering

Kamis, 07 Februari 2019 | 14:35 WIB
Sama-sama Menular, Ini Bedanya Kusta Basah dan Kusta Kering
Ada kusta basah, ada kusta kering, apa bedanya? [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sama-sama Menular, Ini Bedanya Kusta Basah dan Kusta Kering

Kusta terbagi menjadi dua, yakni kusta basah dan kusta kering. Disampaikan dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK dari Divisi Dermatologi Infeksi Tropik Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia- RS Cipto Mangunkusumo, masing-masing jenis kusta memiliki gejala dan pengobatan yang berbeda.

Untuk kasus kusta kering atau pausibasiler, bakteri menyerang saraf sehingga tidak bisa bekerja sempurna. Gejalanya ditandai dengan kelenjar keringat yang tidak berfungsi dengan baik sehingga kulit menjadi bersisik.

Meski demikian kusta kering tergolong infeksi ringan karena jumlah bakterinya lebih sedikit.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmi Dilaporkan ke Bareskrim Polri

Sedangkan kusta basah, kata dr Sri ditandai dengan permukaan kulit yang basah dan mengkilap. Kerusakan saraf yang ditimbulkan cenderung lambat.

Namun jenis kusta inilah yang lebih mudah menular dibandingkan kusta kering.

"Bentuknya bercaknya merah mengkilap basah. Ini yang menular karena jumlah bakterinya sangat banyak. Utamanya ditularkan lewat udara. Bercak dari batuk," ujar dr Sri dalam peringatan Hari Kusta di Kementerian Kesehatan, Kamis (7/2/2019).

Sri menambahkan meski menular, kuman penyebab kusta mudah mati jika tidak mendapat media makhluk hidup lainnya. Orang dengan daya tahan tubuh lemah cenderung rentan tertular kusta.

Ilustrasi tangan yang terkena kusta. (Shutterstock)
Ilustrasi tangan pasien kusta. (Shutterstock)

Itu sebabnya pencegahan terbaik adalah menjalani pola hidup sehat sehingga daya tahan tubuh meningkat.

Baca Juga: Caleg Perempuan Partai Gerindra Ditemukan Tewas Tergantung

"Utamanya ditularkan lewat udara, seperti batuk. Tapi proses penularan betul-betul butuh waktu 2-5 tahun. Kontak erat minimal berada di dalam ruangan yang sama, tiga bulan berturut-turut atau minimal 20 jam per minggu. Jadi kalau baru sekali ketemu, kontak dengan penderita belum tentu akan tertular," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI