Waspada, Tukang Begadang Lebih Rentan Terhadap Penyakit Mental

Vika Widiastuti Suara.Com
Kamis, 31 Januari 2019 | 14:02 WIB
Waspada, Tukang Begadang Lebih Rentan Terhadap Penyakit Mental
Ilustrasi begadang. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi baru-baru ini menyatakan, orang yang secara genetik terprogram menjadi early bird -- atau early riser, atau morning person (orang yang terbiasa bangun pagi, -red) -- memiliki risiko lebih rendah terhadap skizofrenia atau depresi

Selain itu, morning person biasanya memiliki kesehatan mental yang lebih bagus.  "Kami menunjukkan bahwa morning person memiliki kesehatan mental yang lebih bagus," ungkap tim peneliti internasional dalam laporannya, Rabu (30/1/2019), di Nature Communications, dikutip HiMedik dari ABC News.

Kebiasaan bangun lebih awal atau lebih siang dikendalikan oleh jam biologis Anda. Namun, tak banyak yang tahu bahwa ritme sirkadian Anda ini bisa memengaruhi penyakit.

"Orang-orang telah mempelajari ritme sirkadian dalam konteks gangguan kejiwaan selama beberapa tahun, dengan mencari satu gen pada satu waktu untuk segera mendapat pengetahuan tentang itu," kata rekan penulis studi ini, Enda Byrne, dari Queensland University.

Baca Juga: Dokter Sarankan Jangan Percaya Fitur Kesehatan di Smartwatch, Kok Bisa?

Di samping gen yang berkaitan dengan pengaturan ritme sirkadian dan insulin, terdapat pula gen yang berkaitan dengan sel retina di mata. Gen tersebut mengambil sinyal cahaya dan mengirimnya ke otak.

Ilustrasi gangguan tidur - (Unsplash/Kinga Cichewicz)
Ilustrasi morning person - (Pixabay/Engin_Akyurt)

"Bukan berarti orang yang selalu bangun pagi itu tidur lebih cepat dan lebih lama," ucap Byrne.

Menurut laporan studi ini, terdapat korelasi kecil, tetapi signifikan secara statistik antara varian genetik yang membuat seseorang lebih cenderung menjadi night owl alias tukang begadang dan peningkatan risiko pada kesehatan mentalnya.

"Misalnya, bisa saja tukang begadang terpaksa bangun pagi dan membuat ritme alami tubuhnya terganggu, entah karena pekerjaan, anak-anak, atau pengaruh lingkungan lainnya," ujar Byrne. "Kombinasi antara kecenderungan genetik dengan faktor-faktor lingkungan sering menjadi penyebab gejala depresi."

Sementara itu, menurut Ian Hickie, dari Brain and Mind Centre di University of Sydney, studi genetik ini mendukung pokok pikiran para psikiater selama ini, yakni bahwa mood disorders atau gangguan suasana hati berkaitan dengan ritme sirkadian, bukan gangguan tidur.

Baca Juga: Ini Prediksi Kesehatan Anda di Tahun Babi Tanah 2019

"Ini bukan karena tidurnya, tapi jam tubuhnya," ujar Hickie, yang juga terlibat dalam studi ini. Hickie mengatakan, gen early birds memiliki jam tubuh yang cocok dengan rutinitas pada pukul 9 pagi hingga 5 sore, tapi tidak dengan tukang begadang.

Hickie juga mengungkapkan, menjadi night owl bukan berarti Anda memiliki motivasi yang buruk. "Ada gagasan yang menyebut bahwa orang-orang yang selalu bangun pagi itu bagus, pekerja keras, tetapi sebenarnya mereka memang diatur secara genetik seperti itu," jelas Hickie.

Maka dari itu, Hickie mengimbau orang-orang dengan gen sebagai tukang begadang sebaiknya waspada karena jam tubuhnya bisa dengan mudah menjadi kacau. Hal ini pun bisa meningkatkan kerentanan terhadap penyakit mental.

Hickie menyebutkan, temuan ini dapat dipakai untuk menciptakan perawatan yang lebih efektif untuk kesehatan mental terkait gangguan tidur, dengan menggunakan, misalnya, cahaya, olahraga, dan obat-obatan berbasis melatonin daripada yang berbasis serotonin.

(HiMedik.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI