662 Orang Kena DBD di Jakarta, Terbanyak Ada di Jakarta Selatan

Rabu, 30 Januari 2019 | 17:18 WIB
662 Orang Kena DBD di Jakarta, Terbanyak Ada di Jakarta Selatan
Jakarta Selatan jadi daerah dengan kasus DBD terbanyak di DKI Jakarta. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - 662 Orang Kena DBD di Jakarta, Terbanyak Ada di Jakarta Selatan

DKI Jakarta mengalami peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) sejak akhir tahun 2018. Kepala Seksi Penyakit Menular Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan, Inda Mutiara, menyebut bahwa hingga 28 Januari terdapat 662 kasus demam berdarah dengue.

Jumlah ini terdistribusi di lima wilayah kota, di mana Jakarta Selatan menempati jumlah kasus tertinggi per 100 ribu penduduk (incident rate) yakni 4,9, disusul Jakarta Barat (4.1), Jakarta Timur (2.5), Jakarta Pusat (1.5) dan terendah Jakarta Utara (1.45).

Menurut Inda, kasus DBD terbanyak ada di Jakarta Selatan karena jumlah penduduknya yang lebih banyak dibandingkan wilayah kota lainnya.

Baca Juga: Pesan Memilukan Pelajar SMP Sebelum Tewas Gantung Diri di Jambi

"Jakarta Selatan kenapa tinggi karena jumlah penduduknya juga tinggi. Kita lihat tertinggi ada di Jakarta Selatan dan Barat. Untuk di Jakbar sendiri tiap kecamatan ada yang penduduknya 560 ribu yaitu cengkareng. Kalau kita bandingin kasus di Jakarta Selatan yang tinggi Jagakarsa memang karena penduduknya terbanyak," ujar Inda dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Rabu (30/1/2019).

Sementara itu kasus DBD di Jakarta Utara cenderung paling rendah diyakini karena jenis air yang ada di wilayah kota tersebut merupakan air payau. Seperti diketahui, nyamuk Aedes aegypti yang menularkan DBD lebih senang berada di genangan air yang bersih.

Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue. (Sumber: Shutterstock)
Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah bertelur di air bersih. (Sumber: Shutterstock)

Selain itu, Inda menambahkan bahwa terjadi pergeseran usia penderita DBD yakni dari usia 7-12 tahun pada 2017, menjadi usia 13-15 tahun di 2019. Meski demikian keduanya merupakan kelompok usia sekolah yang rentan terinfeksi DBD saat berada di luar rumah.

"Seperti kita tahu kalau nyamuk Aedes ini mengigit di siang hari sehingga kemungkinan terbesar terjadi di sekolah," imbuh dia.

Ia pun meminta agar pihak sekolah memperhatikan lingkungan di sekitarnya dan mengingatkan para siswa untuk mencegah gigitan nyamuk lewat penggunaan pakaian lengan panjang atau menggunakan obat oles anti nyamuk.

Baca Juga: Vanessa Angel Resmi Ditahan!

"Tentunya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus digiatkan lagi, dengan 3M plus. Kita harus mengubur barang bekas, menutup tempat-tempat yang rentan terjadi genangan air dan menguras bak mandi secara teratur serta mendaur ulang barang-barang yang tidak terpakai," tandas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI