Kasus DBD di Jakarta Naik, 613 Orang Terinfeksi Selama Januari 2019

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 29 Januari 2019 | 16:15 WIB
Kasus DBD di Jakarta Naik, 613 Orang Terinfeksi Selama Januari 2019
Kasus DBD di DKI Jakarta meningkat selama Januari 2019. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus DBD di Jakarta Naik, 613 Orang Terinfeksi Selama Januari 2019

DKI Jakarta mengalami kenaikan kasus demam berdarah dengue (DBD) sejak akhir tahun 2018. Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebut sudah melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan.

Dinas DKI mencatat ada 613 kasus DBD pada Januari 2019 yang terdistribusi di lima wilayah kota, yakni Jakarta Selatan (231 kasus), Jakarta Timur (169 kasus), Jakarta Barat (153 kasus), Jakarta Pusat (23 kasus) Jakarta Utara (37 kasus).

Kasus dengan jumlah rataan tertinggi per 100 ribu penduduk (incident rate/IR) terbanyak ada di Jagakarsa 19,27; Kalideres 16,94; Kebayoran Baru 16,54; Pasar Rebo 13,93 dan Cipayung 13,57.

Baca Juga: Jualan Daging Sambil Telanjang Dada, Aksi Pria Ini Jadi Viral

Anak-anak sekolah antara 7-15 tahun merupakan kelompok pasien terbesar, dengan usia 14-15 tahun paling banyak mengalami kasus DBD.

Angka 613 kasus tersebut bisa dibilang cukup tinggi, jika melihat data 2018 (Januari-Desember) dengan 2.947 kasus dan dua kematian dan pada 2017 (Januari-Desember) dengan 3.362 kasus dan satu kematian.

"Namun tidak lebih tinggi dari 2016 dengan 20.432 kasus dan 14 kematian," ucap Kepala Dinkes DKI Widyastuti, dikutip dari Antara.

Pemerintah DKI Jakarta berupaya mengendalikan dan mengantisipasi DBD dengan menggandeng kerja sama lintas kedinasan hingga gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J).

Kerja sama dengan KPKP, kata Widyastuti, dalam pengadaan ikan cupang atau jenis lainnya yang memakan jentik nyamuk. Sedangkan dengan Dinas Kehutanan adalah pengadaan tanaman pengusir nyamuk.

Baca Juga: Viral Foto Ahmad Dhani Duduk di Sel Bareng Belasan Tahanan Lain

Selanjutnya, gerakan jumantik (juru pemantau jentik) di setiap rumah dan juga jumantik kecil di setiap sekolah yang digalakkan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan Dinas Pendidikan yang dilatih oleh Puskesmas dan organisasi profesi.

Selain itu, untuk memutuskan mata rantai penularan DBD, Dinkes DKI melakukan pemantauan ketat melalui sistem "surveilans" DBD berbasis web yang sudah dimulai sejak 2005 dengan melibatkan 160 Rumah Sakit dan Puskesmas di seluruh DKI Jakarta sehingga dapat mempercepat informasi penularan berdasarkan nama dan alamat.

Dinkes DKI juga mengembangkan model prediksi angka DBD berbasis iklim menggandeng Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dapat diakses pada laman bmkg.dbd.go.id, sebagai sistem kewaspadaan dini yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat.

"Kami juga menginstruksikan semua fasilitas layanan kesehatan untuk melakukan deteksi dini dan tata laksana kasus DBD sesuai standar," tutupnya. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI