Ibu 2 Anak yang Bekerja Penuh Waktu Berisiko Tinggi Kena Stres Kronis

Senin, 28 Januari 2019 | 14:56 WIB
Ibu 2 Anak yang Bekerja Penuh Waktu Berisiko Tinggi Kena Stres Kronis
Ilustrasi pekerja stres menghadapi pekerjaan yang menumpuk. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ibu 2 Anak yang Bekerja Penuh Waktu Berisiko Tinggi Kena Stres Kronis.

Menjadi seorang ibu pekerja bukanlah hal yang mudah. Penelitian mengungkap, kondisi ini bahkan berhubungan dengan tingkat stres yang lebih besar, apalagi jika mereka memiliki buah hati lebih dari satu. 

Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, dikutip dari Independent, peneliti dari University of Manchester dan University of Essex menganalisis data lebih dari 6.000 orang yang dikumpulkan oleh The UK Household Longitudinal Study.

Dari penelitian yang diterbitkan jurnal sosiologi, British Sociological Association, peneliti mengumpulkan berbagai informasi dari banyak rumah tangga di Inggris, mulai dari kehidupan pekerjaan, tingkat hormon, tekanan darah dan pengalaman dengan stres.

Baca Juga: Kencan Pertama Sukses, Tapi Kenapa Si Dia Menghilang?

Para peneliti juga menilai 11 biomarker yang terkait dengan stres kronis di antara para peserta penelitian. Menurut temuan mereka, perempuan yang memiliki dua orang anak dan bekerja penuh waktu mengalami stres kronis 40 persen lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki anak, tapi tetap bekerja penuh waktu.

Tingkat keseluruhan biomarker yang terkait dengan stres kronis ini juga terlihat 18 persen lebih tinggi pada ibu satu anak yang bekerja penuh waktu.

Para peneliti juga menemukan tingkat stres kronis akan berkurang hingga 37 persen pada perempuan yang memiliki dua anak, namun jam bekerja mereka lebih fleksib daripada ibu yang bekerja dengan jam kerja kaku dan panjang.

Tingkat stres kronis di antara ayah yang bekerja juga ditemukan lebih rendah ketika mereka mengurangi jam kerja mereka.

Saat melakukan penelitian, para peneliti menyesuaikan data mentah dan mengesampingkan faktor gaya hidup lainnya yang bisa mempengaruhi temuan mereka. Faktor-faktor ini termasuk hal-hal seperti usia perempuan, pendapatan etnis atau pendidikan mereka.

Baca Juga: Kamis, Ustadz Arifin Ilham Pulang ke Indonesia karena Sudah Membaik

"Konflik pekerjaan dan keluarga sering dikaitkan dengan meningkatnya ketegangan psikologis, sehingga tingkat stres menjadi lebih tinggi dan tingkat kesejahteraan lebih rendah," kata para peneliti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI