Studi Sebut Makan Sebelum Tidur Tidak Selalu Menaikkan Kadar Gula Darah

Rabu, 23 Januari 2019 | 13:15 WIB
Studi Sebut Makan Sebelum Tidur Tidak Selalu Menaikkan Kadar Gula Darah
Ilustrasi makan sebelum tidur. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah studi terbaru mengatakan bahwa menghindari makan sebelum tidur tidak akan membantu memperbaiki kadar gula darah dan kesehatan.

Sebelumnya, beberapa ahli percaya jika seseorang tidak makan dua jam sebelum tidur, hal tersebut dapat membantu mencegah kadar gula darah tinggi (glukosa) dan masalah kesehatan terkait seperti diabetes dan penyakit jantung.

Tetapi nyatanya, pernyataan tersebut tidak didasari fakta yang pasti.

Untuk mencari jawaban akan teori tersebut, peneliti menganalisis data kesehatan dari lebih dari 1.550 orang dewasa di Jepang selama tiga tahun.

Baca Juga: Nilai Semester Jeblok Diduga Jadi Pemicu Mahasiswa UBM Lompat Bunuh Diri

Dua pertiga dari data tersebut diisi oleh orang berusia di atas 65 tahun dan sekitar 16 persen lelaki serta 7,5 persen perempuan biasa tertidur dalam dua jam setelah makan malam.

Selama tiga tahun, tidak ada perubahan signifikan dalam kadar glukosa darah HbA1c para peserta.

HbA1c rata-rata adalah 5,2 persen pada tahun pertama, dan 5,58 persen pada tahun kedua dan ketiga, dalam kisaran normal.

Pun tidak ada perbedaan yang signifikan antara lelaki dan perempuan.

Lewat studi yang dipublikasikan secara online dalam jurnal BMJ Nutrition, Prevention & Health itu juga ditulis bahwa berat badan, tekanan darah, lemak darah (trigliserida), tingkat aktivitas fisik, merokok, dan minum lebih banyak terkait dengan perubahan kadar HbA1c daripada jumlah waktu jeda antara makan dan tidur.

Baca Juga: Baasyir Batal Bebas, Santri Ngruki Dikawatirkan Jadi Anti Pemerintah

Karena ini adalah penelitian observasional, peneliti tidak dapat menentukan penyebabnya.

Mereka juga tidak tahu waktu yang tepat atau bentuk makan malam yang mungkin memengaruhi hasilnya.

Dan karena diet tradisional Jepang mengandung banyak sayuran dan sup dalam ukuran porsi kecil, temuan itu mungkin tidak berlaku untuk negara lain.

"Lebih banyak perhatian harus diberikan pada porsi sehat dan komponen makanan, tidur yang cukup dan menghindari merokok, konsumsi alkohol, dan kelebihan berat badan, karena variabel-variabel ini memiliki pengaruh yang lebih mendalam pada proses metabolisme," tulis penelitian yang dipimpin Su Su Maw, Ph.D dari Sekolah Pascasarjana Ilmu Kesehatan di Universitas Okayama Jepang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI