Melewatkan Sarapan, Anak Cenderung Bermasalah di Sekolah

Selasa, 22 Januari 2019 | 19:42 WIB
Melewatkan Sarapan, Anak Cenderung Bermasalah di Sekolah
Anak melewatkan sarapan bisa bermasalah di sekolah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Melewatkan sarapan atau makan pagi tak hanya dapat menurunkan daya pikir namun juga memengaruhi perilaku anak di sekolah.

Hal ini disampaikan Guru Besar Pangan dan Gizi lPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS. Menurut dia, anak yang lapar karena belum sarapan cenderung bermasalah di sekolah dan suka menyalahkan orang lain.

"Jadi perut lapar karena tidak sarapan bukan hanya menyebabkan penurunan prestasi akademik tapi juga perilaku anak di sekolah. Anak yang perutnya lapar cenderung membuat masalah di sekolah," ujar Prof Ali dalam Kick Off Koko OIimpiade 2019 di Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Samanta Ananta, M.Psi., seorang psikolog, menambahkan bahwa konsumsi sarapan sehat di pagi hari memang memiliki kaitan dengan produksi hormon bahagia. Itu sebabnya anak yang sarapan menu-menu sehat di pagi hari cenderung lebih terhindar dari perilaku bermasalah karena tingkat kecemasan yang lebih rendah.

Baca Juga: Habis Makan Bothok Mercon Mbah Wiro, Sutimin Mendadak Meninggal

"Tingkat kecemasan anak yang sarapan, lebih rendah dibandingkan yang tidak atau sarapan tidak sehat. Anak yang sarapan bergizi mengalami peningkatan kadar oksigen di otak yang pada gilirannya mendorong pelepasan hormon bahagia sehingga anak lebih bersemangat menjalani aktivitas di sekolah," imbuh dia.

Mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, Prof Ali mengatakan bahwa ada sekitar 26,1 persen anak Indonesia yang hanya mengonsumsi air putih, teh, atau susu saat sarapan. Selain itu hanya 10,6 persen anak yang sarapannya mencukupi kebutuhan energi diatas 30 persen. Hal ini berarti anak tidak memiliki modal energi untuk memulai hari di sekolah.

"Kalau tanpa sarapan anak akan loyo. Nguap terus dan itu indikasi tubuh menagih sesuatu yaitu glukosa yang merupakan makanan otak. Kalau asupan glukosa kurang, dia tidak bisa menyerap informasi dengan baik," imbuh dia.

Menurut Prof Ali sarapan yang sehat adalah sarapan yang mengandung zat gizi beranekaragam mulai dari karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Itu berarti dalam seporsi menu sarapan, tidak hanya mengandung nasi tapi juga sayur mayur, lauk dan buah-buahan.

"Jadi bukan bala-bala sama bihun, atau nasi sama mie. Orang Barat justru harus dicontoh pola sarapannya, mereka sarapan dengan sereal, susu, lalu dicampur kacang-kacangan ditambah buah dan yogurt. Itu bagus karena beranekaragam," tandas dia.

Baca Juga: Gara-gara Raline Shah, Berat Badan Millane Fernandez Bertambah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI