Sama-Sama Bohong, Ini Beda Bohong Biasa dengan Mythomania

Selasa, 22 Januari 2019 | 07:05 WIB
Sama-Sama Bohong, Ini Beda Bohong Biasa dengan Mythomania
Ilustrasi pasangan saling berbohong. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sama-Sama Bohong, Ini Beda Bohong Biasa dengan Mythomania.

Anda pasti mengenal paling tidak satu orang yang kerap atau bahkan hobi berbohong. Mungkin anda jadi bertanya-tanya, mengapa orang itu gemar bohong? Jangan-jangan, ada gangguan psikologis?

Rupanya, gangguan psikologis itu memang benar adanya. Ada istilah khusus bagi orang yang selalu berbohong, yaitu mythomania atau psedulogia fantastica.

Mythomania merupakan sebuah gangguan psikologi. Suatu keadaan di mana seseorang sering melakukan kebohongan dalam jangka waktu yang lama -- misalnya selama hampir seluruh hidupnya -- dan terus dilakukan, meskipun tidak ada maksud keuntungan tertentu di baliknya.

Baca Juga: Cegah Nyeri Leher Akibat Keseringan Main Gadget, Ini Saran Dokter

Lantas, apa bedanya bohong biasa dengan gangguan mythomania?

“Kebohongan umum biasanya dilakukan karena berbagai alasan, seperti menutupi sesuatu dalam dirinya atau sebuah kesalahan, sebagai salah satu cara memperoleh keuntungan, dan adanya rasa tidak percaya diri sehingga terpaksa berbohong agar menjadi lebih disukai,” dr Ivena, Konsultan Hello Sehat dalam keterangan tertulisnya.

Kebohongan yang umum biasanya hanya mengenai hal- hal seputar perasaan, pendapatan, pencapaian, kehidupan seksual, dan mengenai usia.

Namun, alasan seorang dengan gangguan mythomania berbeda. Mereka, sambung dr Ivena, tidak bermaksud memperoleh keuntungan. Bahkan mereka akan tetap berbohong walau kebohongan tersebut berdampak buruk bagi diri mereka sendiri.

“Biasanya mereka akan mengatakan kebohongan mengenai sesuatu yang mereka imajinasikan dan digabungkan dengan fakta yang ada,” imbuhnya.

Baca Juga: Bahaya Banget, Jangan Nekat Traveling Pakai Paspor Rusak Ya!

Seperti gangguan psikologis lain pada umumnya, kondisi ini dapat disembuhkan dengan melakukan konseling dan penggunaan obat-obat tertentu.

Bila menyadari bahwa Anda mungkin memiliki kondisi ini, ingatlah bahwa Anda perlu untuk berubah dan memperbaiki diri.

Dukungan orang terdekat juga dapat membantu keberhasilan sesi konseling yang dijalankan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI