Musim Hujan, Kasus DBD di 22 Provinsi di Indonesia Meningkat

Sabtu, 12 Januari 2019 | 09:30 WIB
Musim Hujan, Kasus DBD di 22 Provinsi di Indonesia Meningkat
Waspada musim hujan berisiko tinggi DBD. [suara.com/Nur Habibie]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus DBD di musim hujan memang rentan meningkat, karenanya masyarakat harus waspada.

Akhir-akhir ini intensitas hujan lebih sering terjadi dan menimbulkan banyak genangan air di lingkungan tempat tinggal. Genangan tersebut dapat menjadi sarang nyamuk aedes aegypti pembawa virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Akhir Desember, Kemenkes menerima laporan kasus DBD. Ada 22 provinsi yang terjadi peningkatan kasus suspek dengue. Dari 22 provinsi tersebut, ada beberapa wilayah yang menyatakan sudah masuk kategori kejadian luar biasa (KLB), yakni Kabupaten Kapuas, Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado, dan Kabupaten Manggarai Barat.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan KLB ini sudah ditanggulangi oleh tim gerak cepat Kemenkes bersama dinas kesehatan propinsi setempat.

Baca Juga: Iseng Menulis Punya Bom, Remaja Ini Didenda Rp 42 Juta

“Kemenkes juga sudah melakukan penyelidikan sumber penularan DBD dan sudah dilakukan langkah stop penularan DBD agar KLB tidak meluas,” kata dr. Nadia, dalam rilis resmi yang diterima Suara.com.

Ia mengatakan, masyarakat bisa melakukan pencegahan DBD dengan menggalakkan upaya 3M+.

“Upayanya kita pencegahan. Dari dulu sudah ada gerakan 3M+, yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas,” kata dr. Nadia.

Barang bekas seperti ban, imbuh dia, bila ada genangan air bisa menjadi tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk yang menyebabkan demam berdarah. Padahal barang bekas tersebut dapat didaur ulang menjadi barang bernilai untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

“Plusnya kita menggunakan ikan pemakan jentik. Jadi, apabila di dalam rumah ada tanaman berisikan air juga bisa menjadi tempat berkembangbiak jentik nyamuk penyebab demam berdarah. Sebaiknya di sana ada ikan pemakan jentik nyamuk,” jelas dr. Nadia.

Baca Juga: 5 Seleb Korea Ini Rela Putus Sekolah Demi Karier

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menaburkan larvasida untuk tempat yang tidak mungkin dilakukan pengurasan air atau mengeringkan air. Larvasida berfungsi untuk membunuh larva nyamuk.

Virus dengue, kata dr Nadia, biasanya menginfeksi nyamuk aedes betina saat mengisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia), yaitu dua hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul.

Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik), sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

"Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit," terang dr Nadia panjang lebar.

Gejala awal DBD antara lain, demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan.

Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.

DBD menyerang pembuluh darah yang menyebabkan indikator trombosit turun drastis. Kasus meninggalnya seseorang, karena mengalami syok pembuluh darah.

“Penting kita memutuskan rantai penularan mulai nyamuk pradewasa sampai nyamuk dewasa. Langkahnya dengan 3M+ tadi dan jangan sampai ada genangan air di lingkungan tempat tinggal kita,” kata dr. Nadia.

Pencegahan harus dilakukan di tatanan keluarga. Setiap keluarga harus memastikan langkah pencegahan 3M+ dilakukan. Masyarakat diimbau agar waspada terhadap DBD.

Ia juga mengingatkan bila terasa demam harus segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit. Selain itu, dr Nadia juga berharap seluruh sekolah, mulai dari SD, SMP sampai SMA mewaspadai DBD melalui kegiatan UKS dapat mencegah dengan melakukan PSN di lingkungan sekolah. Penting juga membentuk jumantik sekolah untuk memantau perkembangan bebas jentik di sekolah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI