Suara.com - Kementerian Kesehatan mengakui bahwa tender beberapa obat antiretroviral (ARV) pada 2018 mengalami kegagalan. Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran bagi ODHA (orang dengan HIV AIDS) yang harus mengonsumsi ARV secara rutin.
Namun disampaikan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dra. Engko Sosialine Magdalene, Apt., M.Biomed, pihaknya menjamin bahwa stok ARV cukup aman hingga 10 bulan kedepan.
"Tapi jangan khawatir karena ketersediaan sudah kami antisipatif. Bisa juga menggunakan alternatif lepasan. Kami juga melakukan impor untuk FDC. Setelah kami hitung dengan ketersediaan sampai 10 bulan ke depan masih tidak masalah," ujar Engko dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Kamis (10/1/2018).
Engko menambahkan, dari stok tersebut obat antiretroviral kombinasi jenis tenofovir, lamivudine, dan evafirenz yang ada masih bisa digunakan selama empat bulan. Sementara untuk ARV lepasan masih tersedia stoknya hingga enam bulan kedepan.
Baca Juga: Beredar Foto Syur Editan, Ibunda Cathy Sharon Kena Getahnya
"Kita akan terus jaga ketersediaannya karena ada penambahan pasien baru. Kita antisipasi dan menjaga ketersediaan obat ARV," imbuh dia.
Data terkini menyebutkan bahwa sepanjang 2018 Kementerian Kesehatan telah melakukan tes HIV sebanyak 2.135.365 kali di mana 314.413 orang diantaranya positif mengidap HIV. Tingginya jumlah ODHA menuntut ketersediaan obat ARV dalam jumlah banyak.