Sering Menyentuh dan Meremas Struk ATM Ternyata Bisa Berakibat Fatal

Vika Widiastuti Suara.Com
Selasa, 08 Januari 2019 | 14:50 WIB
Sering Menyentuh dan Meremas Struk ATM Ternyata Bisa Berakibat Fatal
Ilustrasi ATM. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah mendapat struk sehabis bertransaksi melalui ATM , apa yang akan Anda lakukan? Apakah membuang struk tersebut atau menyimpannya. Tak jarang ada yang langsung membuangnya. Namun, adapula yang menyimpannya hingga membuat  dompet tebal.

Bagi yang menyimpannya di dompet biasanya memiliki alasan beragam, misalnya ingin dijadikan sebagai bukti penarikan atau transfer atau sekadar ingin menebalkan isi dompet.

Ya, pasti di antara kamu pernah melakukan hal ini. Bahkan kamu sampai lupa jika struk ATM di dompetmu sudah berbulan-bulan.

Hal ini jangan dianggap remeh sebab sebuah penelitian menunjukkan bahaya menyentuh struk ATM terlalu sering.

Baca Juga: Lapor Kehilangan Motor, Diselidiki Polisi Ternyata Faktanya Bikin Ngakak

Thermal paper merupakan kertas yang biasanya digunakan pada struk ATM, belanjaan atau kertas faksimile. Sebagian besar thermal paper berpotensi menyebabkan kanker karena mengandung zat kimia.

BPA atau Bisphenol A yang terkandung dalam thermal paper tersebut akan berubah warna bila terpapar panas. Sebuah penelitian dari Taiwan mengupas tentang hal ini.

Bahaya menyentuh kertas ATM. (Unsplash)
Bahaya menyentuh kertas ATM. (Unsplash)

Para peneliti meneliti 20 sampel struk ATM, kertas yang dijual di pusat perbelanjaan, 7 merek kertas faksimili, dan kertas kantor pos.

Dilansir dari foodsafety.suencs.com, para peneliti yang berasal dari sebuah yayasan tersebut mendapatkan hasil bahwa 60 persen sampel thermal paper tersebut mengandung BPA yang berpotensi memicu kanker (karsinogenik).

Sebanyak 18 hingga 28 sampel yang telah diuji mengandung zat kimia tersebut dengan kadar 10 hingga 50 ppm (parts per million). Zat ini diketahui dihubungkan dengan pubertas dini, obesitas, dan penyakit kanker.

Baca Juga: Polisi Akui Kesulitan Cari Penyebar Video Seks Brigadir Dewi

Penelitian tidak berhenti di situ. Sebuah Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat juga melakukan hal yang sama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI