Kenali, 3 Jenis Stres yang Bisa Menyebabkan Kekhawatiran Berlebih

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 19 Desember 2018 | 14:35 WIB
Kenali, 3 Jenis Stres yang Bisa Menyebabkan Kekhawatiran Berlebih
Kekhawatiran berlebih, bisa jadi karena stres. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stres bisa datang dari mana saja. Salah satunya adalah rasa khawatir akan sesuatu, yang bisa saja berlebihan.

Dikatakan dr Andri, SpKJ, dari RS Omni Alam Sutera, penyebab kekhawatiran yang akhirnya menjadi stres terbagi menjadi tiga, yakni stres situasional, stres antisipasi, dan stres residual.

Stres situasional berasal dari kekhawatiran yang berhubungan dengan apa yang terjadi saat ini. Sumbernya pun banyak, bisa tentang kesehatan tubuh, pasangan, atau pekerjaan.

"Biasanya stres jenis ini yang sering dibicarakan menjadi sumber kekhawatiran sehari-hari. Apalagi jika kondisi tidak banyak berubah dan kita pun kesulitan dalam mencoba membantu diri kita melewati stres ini. Hasilnya rasa kekhawatiran itu bisa bertahan lama dan mengganggu kehidupan kita," ungkap dr Andri.

Baca Juga: Dua Hari Sebelum Tewas Telanjang, Siska Bawa Pria Misterius ke Kamar

Sementara itu, stres antisipasi adalah kekhawatiran yang dirasakan ketika memikirkan masa depan. Pada pelajar, hal ini bisa berupa nilai ujian. Sementara pada pelamar kerja, bisa jadi soal wawancara kerja yang akan dilakukan.

"Sering kali kita memerlukan keadaan ini, namun jika berlebihan maka hasilnya tidak akan baik. Kita menjadi mudah cemas terhadap segala sesuatu yang belum terjadi. Kita khawatir akan masa depan tetapi lupa dengan masa kini," urainya lagi.

Terakhir adalah stres residual, yang merupakan stres akibat dampak peristiwa di masa lalu. Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) merupakan contoh gangguan jiwa yang terjadi karena kondisi stres residual.

"Kondisi ini biasanya cukup berat karena walaupun pemicunya sudah berlalu, gejala stresnya bisa timbul dalam bentuk ingatan kembali (flashaback dan reexperience). Sering kali kondisi ini tidak sembuh sendiri tapi harus mendapatkan pertolongan dokter jiwa atau psikolog," tutup dr Andri.

Baca Juga: Vanessa Angel Rajin Perawatan demi Pacar Baru?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI