Suara.com - Penggunaan vape alias rokok elektrik di kalangan pelajar SMA semakin meningkat. Studi terbaru menyebut di Amerika Serikat, penggunaan vape di kalangan pelajar SMA naik hingga 20,9 persen dari tahun lalu.
Studi yang dilakukan oleh National Institute on Drug Abuse ini dilakukan kepada 44 ribu pelajar kelas 8 hingga kelas 12, sebagai bagian dari survei tahunan soal penggunaan obat dan zat adiktif lainnya di kalangan pelajar.
Hasil studi mengungkap persentase pelajar yang menggunakan vape mengandung nikotin meningkat dikarenakan semakin mudahnya barang tersebut ditemukan.
Penyebab lainnya yang ditemukan adalah berkurangnya stigma negatif terhadap pengguna vape dan rokok elektrik. Hal ini dikarenakan kampanye masif yang menyebut vape dan rokok elektrik adalah alternatif yang lebih aman dari rokok tembakau.
Baca Juga: Jaket Sang Putri untuk Pande yang Berlayar di Kapal Karam Multi Prima
Terakhir, bentuk alat vape dan rokok elektrik yang menarik dan ramah remaja menyebabkan peningkatan rasa ingin tahu mencoba.
"Ada pula pelajar yang mengaku mencoba vape rasa rasa cairannya yang enak, seperti mangga, stroberi, anggur, kopi, dan lain-lain," tulis penelitian tersebut, dikutip dari Reuters.
Pakar kesehatan pun masih terbelah dalam menyikapi meningkatnya penggunaan rokok elektrik dan vape. Sebagian menyayangkan hal ini, mengingat sejumlah studi membuktikan pelajar dan remaja yang menggunakan vape justru lebih tertarik mencoba produk tembakau seperti rokok dan cerutu.
Di sisi lain, mereka yang mendukung vape menyebut penggunaan rokok elektrik memiliki risiko bahaya lebih rendah dibandingkan rokok, dan merupakan salah satu cara untuk berhenti merokok.
Baca Juga: Larang Poligami, Farhat Abbas Minta PSI Dicoret dari Koalisi Jokowi