Suara.com - Donor darah merupakan tindakan medis yang aman dilakukan. Sayangnya, masih ada mitos yang menyelubungi donor darah sehingga masih ada yang enggan melakukannya.
Padahal, mitos-mitos soal donor darah ini sudah sangat ketinggalan zaman, dan sebaiknnya tak lagi dipercaya. Apa saja?
1. Penyakit kronis tak boleh donor darah
Donor darah memang tidak disarankan untuk pengidap penyakit HIV dan Hepatitis. Namun, orang dengan penyakit kronis lain seperti penyintas kanker, diabetes, dan kolesterol boleh donor darah asalkan terkontrol.
Baca Juga: Chris Martin dan Dakota Johnson Segera Bertunangan
2. Takut pingsan
Mitos takut pingsan saat mendonorkan darah masih dipegang sebagian orang. Ini dirasa terlalu melebihkan, menurut survei Ohio University.
Selain itu, penulis survei ini juga mengatakan jika kadang orang juga melebih-lebihkan rasa sakit.
3. Tato tidak boleh donor darah
Jika tato berumur kurng dari satu tahun, maka kemungkinan kamu tidak akan bisa mendonorkan darah. Pasalnya antibodi dapa dideteksi selama periode ini jika jarum terinfeksi virus.
Baca Juga: Nobar Pesta Seks di Yogyakarta, Dua Inisiator Jadi Tersangka
Namun jika kamu pergi ke tempat tato berlisensi maka kemungkinan infeksi akan sangat rendah. Sehingga kamu bisa menjalani transfusi darah.
4. Bebas melakukan apa saja setelah donor darah
Ada sejumlah aktivitas fisik yang harus kamu ikuti setelah menyumbangkan darah. Selama 24 jam pertama, hindari melakukan olahraga berat seperti angkat beban.
Jaga tubuh agar tetap terhidrasi. Jauhi alkohol dan juga jaga perban selama beberapa jam kemudian bersihkan daerah tersebut dengan sabun dan air.
Ingin tahu lebih banyak soal mitos donor darah? Simak di HiMedik ya!