Suara.com - Hasil penelitian AIA Healthy Living Index 2018 mengungkap, tingkat kepuasan masyarakat di Asia terhadap kesehatan mereka menurun dari 84% pada 2016 menjadi 81% pada 2018. Meskipun mereka tidak puas dengan kesehatan, gaya hidup sehat masyarakat di Asia Pasifik meningkat dari 4,7 pada 2016 menjadi 5,0 pada 2018. Bagaimana dengan di Indonesia?
Kathryn Monika Parapak, Head of Brand and Communication, PT AIA Financial, mengatakan AIA Healthy Living Index adalah survei yang kami lakukan di Asia Pasifik untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai kesehatan dan harapan mereka untuk hidup yang lebih baik.
“Melalui survei ini, kami dapat memahami tren kesehatan saat ini sehingga kami dapat membantu masyarakat hidup lebih sehat, survei ini juga menjadi dasar pendekatan kami untuk pengembangan produk dan layanan, serta berbagai inisiatif untuk memotivasi masyarakat menjalankan pola hidup sehat,” ujar Kathryn saat ditemui Suara.com di kawasan Kuningan, Jakarta-Selatan, Kamis (6/12/2018).
Semakin banyak masyarakat yang menyatakan mereka berolahraga dalam durasi lebih lama dengan rata-rata jangka 3,6 jam, naik dari 3,0 jam pada 2016. Namun, olahraga untuk waktu yang lama dengan pola makan sehat. Sebagian besar orang yang mampu mempertahankan diet mereka dan hanya 52% yang terus menjalankan program diet.
Baca Juga: Tertibkan Parkir Liar, Petugas Dishub Palembang Dikejar Jukir Bawa Pedang
Namun, kondisi berbeda terjadi justru di Indonesia, di mana skor Healthy Living Index 2018 naik menjadi 62 dibanding pada 2016 dengan skor 58 dan 2013 dengan skor 55. Sebanyak 96% orang Indonesia merasa puas dengan kesehatannya, meningkat 3% dibandingkan 2016 dan menempatkan Indonesia di peringkat 11 dari 16 negara Asia Pasifik. Sebelumnya Indonesia menduduki peringkat 14 pada 2016 dan peringkat 15 pada 2013.
Akan tetapi, meningkatnya kepuasan masyarakat Indonesia terhadap kesehatan mereka tidak mempublikasikan gaya hidup yang dijalankan. Hasil survey menunjukkan, aktivitas yang sehat dilakukan dari 4,0 pada 2016 menjadi 3,6 tahun 2018 dan merupakan yang terendah di antara negara Asia Pasifik lain.
Kathryn mengungkap, ada beberapa faktor yang menjadi alasan tingkat kepuasan terhadap kondisi kesehatan tidak sebanding dengan pola hidup sehat orang Indonesia. Banyaknya usaha yang diperlukan untuk berolahraga menjadi alasan utama masyarakat berhenti berolahraga (37%).
Di peringkat kedua, sebanyak 32% masyarakat Indonesia lebih memilih melakukan hal lain. Selain itu, hanya 5% masyarakat Indonesia yang mengalokasikan biaya untuk olahraga.
“Pandangan orang terhadap makanan sehat mulai berubah. Pada 2018, sebanyak 73% masyarakat Indonesia menganggap makanan sehat lebih murah, sementara pada 2016, 62 % masyarakat menganggap makanan sehat lebih mahal. Sama halnya dengan olahraga, masyarakat memutuskan untuk berhenti mengonsumsi makanan sehat karena dianggap tidak efektif (37%) dan membutuhkan banyak usaha (32%),” papar Kathryn.
Baca Juga: Juru Bicara OPM Sebby Sambom: Ini adalah Perang Kemerdekaan Papua