Demam Berdarah pada Anak dan Orang Dewasa, Sama Atau Beda?

Minggu, 02 Desember 2018 | 05:15 WIB
Demam Berdarah pada Anak dan Orang Dewasa, Sama Atau Beda?
Ilustrasi anak-anak digigit nyamuk demam berdarah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit demam berdarah menyerang siapa pun tanpa pandang bulu, ulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang yang sudah tua.

Penyakit ini tidak menular secara langsung, tapi nyamuk pembawa virus dengue bisa menyebarkan virus melalui gigitan di kulit. Jadi, tak heran jika ada satu atau dua orang dalam satu keluarga atau lingkungan yang terkena demam berdarah bersamaan.

Virus demam berdarah memengaruhi beberapa sistem tubuh, yaitu sistem imun, sistem hati, dan juga pembuluh darah. Jika seseorang terinfeksi demam berdarah, ia akan mengalami fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Pada fase-fase inilah sistem tubuh mulai diserang oleh virus demam berdarah.

"Ketiga fase demam berdarah tersebut dialami oleh segala usia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Ya, fasenya sama. Namun, belum tentu terjadi kebocoran plasma (plasma leaked) di fase kritis. Ini tergantung pada respons tubuh setiap orang dan faktor risiko lainnya,” tegas Dr dr Leonard Nainggolan, Sp.PD-KPTI, dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat dilansir Hello Sehat.

Baca Juga: Habib Rizieq Titip Pesan ke Reuni Akbar 212: Salam dari Ana

Fase demam menandakan bahwa sistem imun sedang mencoba melawan peradangan yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Demam akibat DBD sangat khas, yaitu terjadi secara mendadak dengan suhu tubuh lebih dari 39 derajat Celcius.

Selain demam tinggi mendadak, pasien akan merasakan gejala lain seperti nyeri otot, sakit kepala, mual dan muntah, serta rasa sakit di belakang mata. Biasanya demam ini akan terjadi selama 2 sampai 7 hari. Setelah melewati fase demam, pasien DBD akan mengalami fase kritis.

Sama seperti namanya, fase kritis menandakan kondisi serius yang perlu pengobatan segera. Pasalnya, pada beberapa kasus, pasien sering kali mengalami perdarahan dan kebocoran plasma darah. Kondisi ini terjadi akibat plasma darah keluar dari saluran pembuluh darah karena celah pada sel endotel terus membesar.

Kebocoran plasma darah ini dapat menyebabkan pasien merasakan sakit perut parah, mimisan, muntah terus-menerus, dan pembesaran organ hati.

Jika pasien tidak mengalami kebocoran plasma atau bisa melewati fase ini, maka tubuh akan mencoba pulih kembali. Fase ini disebut dengan fase penyembuhan dan pasien akan kembali mengalami demam. Namun, Anda tidak perlu khawatir. Kesehatan pasien berangsur-angsur membaik dan gejala perlahan berkurang. Pasien akan kembali bisa makan dengan lahap dan mulai menjalani aktivitas seperti biasanya.

Baca Juga: Sambut 2019, Maggie Hutauruk Eddy Luncurkan Koleksi Teranyar

Namun, fase demam pada anak sering menyebabkan dehidrasi penyebab anak demam

Pada fase demam, ada satu gejala tambahan yang bisa terjadi pada anak, yaitu dehidrasi. Dibanding orang dewasa, anak-anak cenderung lebih mudah kurang cairan saat demam tinggi. Suhu tubuh yang panas bisa mengurangi jumlah kadar cairan di dalam tubuh. Apalagi anak-anak belum bisa merawat dirinya sendiri dengan minum cukup air atau belum mampu memberi tahu orangtuanya kapan ia butuh minum.

Untuk menghindarinya, asupan cairan saat demam harus ditingkatkan. Bukan cuma air putih, orangtua bisa memberikan minuman elektrolit, jus buah, maupun susu.

Jangan lupa untuk mengompres tubuh anak dengan handuk hangat supaya badan si kecil jadi lebih nyaman sehingga demam berdarah dapat dihindari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI