Studi: Pasien ICU Berisiko Tinggi Alami Depresi

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 29 November 2018 | 11:53 WIB
Studi: Pasien ICU Berisiko Tinggi Alami Depresi
Pasien ICU berisiko depresi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ruangan intensive care unit (ICU) ada untuk pasien yang membutuhkan penanganan intensif dan ekstra dari dokter dan perawat. Namun, studi terbaru menyebut pasien ICU rentan mengalami masalah kejiwaan, termasuk depresi.

Robert Hatch, NIHR Academic Clinical Fellow in Intensive Care Medicine sekaligus Honorary Clinical Research Associate di Universitas Oxford, melakukan studi kepada 4.933 pasien ICU yang dirawat selama minimal 24 jam.

Mereka diminta untuk mengisi survei, dan dipantau kondisi kejiwaannya selama 12 bulan pasca keluar dari rumah sakit.

Hasil studi menyebut pasien ICU mengaku sering merasa depresi, tertekan, dan cemas saat dirawat. Beberapa masalah kejiwaan ini, seperti depresi dan cemas, bisa dirasakan pasien meski sudah tak lagi dirawat di ruang ICU.

Baca Juga: Teman Alami Depresi, Ini 4 Hal yang Bisa Anda Lakukan

"Masalah kejiwaan seperti cemas, depresi, dan PTSD wajar muncul setelah melewati masa kritis di ruang ICU," tutur Hatch, dikutip dari Reuters.

"Bahayanya, mereka yang masih depresi pasca keluar dari rumah sakit berisiko 47 persen lebih tinggi meninggal dalam waktu 2 tahun pasca keluar dari rumah sakit," tambah Hatch lagi.

Hasil studi juga menyebutkan cemas menjadi masalah kejiwaan paling umum yang dirasakan pasien ICU, dengan persentase 46 persen. Setelah ada depresi (40 persen) dan PTSD (22 persen). Sekitar 18 persen pasien ICU mengaku merasakan ketiga masalah kejiwaan tersebut.

Berdasarkan studi ini, Hatch menganjurkan ada penanganan masalah kejiwaan yang diberikan kepada pasien ICU. Dengan begitu, masalah kejiwaan yang muncul tidak berkembang menjadi gangguan jiwa.

Baca Juga: Diduga Depresi, Seorang Lelaki Tabrak Sekelompok Murid TK

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI