Meldi Akui Kuat Dihujat di Medsos, Yuk Kenali Efek Cyberbullying

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Rabu, 28 November 2018 | 07:12 WIB
Meldi Akui Kuat Dihujat di Medsos, Yuk Kenali Efek Cyberbullying
Keponakan Dewi Perssik, Rosa Meldianti alias Meldi [Suara.com/Wahyu Tri Laksono]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Apapun yang diposting Rosa Meldianti, tampaknya akan selalu berbuah bully dan hujatan netizen. Nama Rosa Meldianti alias Meldi mendadak tenar belakangan ini lantaran kontroversi akibat perseteruannya dengan sang tante, Dewi Perssik.

Belum lama ini pose Meldi di Instagram justru membawa komentar pedas dari netizen. Melihat banyaknya hujatan yang dilayangkan netizen untuknya, Meldi pun hanya bisa pasrah dan kuat menjalani hidup dengan banyaknya hujatan-hujatan yang diterima.

rosa meldianti [ig@rosameldianti_]
rosa meldianti [ig@rosameldianti_]

"Banyak yang menginginkan aku drop, aku mati, mendoakan aku gila bahkan mematahkan semangatku yang jelas2 masa depanku masih panjang dan aku masih baru beberapa kali melangkah. Banyak yang bilang aku anak durhaka dll aku hanya bisa tersenyum dan berkata dalam hati. Bagaimana bisa seseorang menilai aku anak durhaka sedangkan ibuku selalu bersamaku dan selalu mendukungku?
Pernah kah anak2 seusia meldi diluar sana mencoba berfikir diposisi meldi ? Kenapa meldi bisa sekuat dan seberani ini?
Jadi aku sebentar saja ? Hehe...Yahh tapi semua kembali lagi , sebenar dan sebaik apapun yang dilakukan ketika dilihat dari sisi kebencian semua itu sia2 ,"  curhat Meldi di akun Instagramnya.

Komentar pedas netizen sepertinya tak mempedulikan kesedihan Meldi.

Baca Juga: Akhirnya Terungkap! Ini Alasan WhatsApp Mulai Ditinggalkan

"Org mah di puji org lain. Kalo lu mah muji diri sendiri mulu heran gw," tulis netizen

"Yg kepengen cepet tenar ..wkwkwkw," seru akun lain

"Pulang aja nak , jakarta keras ,"

"Generasi buruk," nyinyir akun lainnya.

Maraknya penggunaan sosial media saat ini tak hanya menimbulkan manfaat positif bagi kehidupan, tapi juga bisa menimbulkan masalah baru yang sulit untuk dibendung para penggunanya. Apalagi kalau bukan bully, hujatan yang masuk ranah cyberbullying.

Baca Juga: Fellaini Jadi Pahlawan, Man United Melenggang ke Fase Gugur

Data UNICEF 2016 menyebutkan bahwa penggunaan sosial media atau internet saat ini, sebanyak 41-50 persen remaja Indonesia berusia 13-15 tahun pernah mengalami tindakan cyberbullying.

Berbeda dari tindakan bullying tradisional, lanjut dia, pelaku cyberbullying sangat sulit terlacak. Kebanyakan terjadi, kata Iqbal, dalam bentuk verbal dan visual, seperti bentuk komentar penyebaran rumor, olok-olok, ejekan hingga penjebolan akun sosial media.

"Cyberbullying bisa muncul di mana saja. Kalau bullying tradisional hanya ada di tempat tertentu seperti di sekolah, saat kembali ke rumah mereka punya ruang aman. Tapi cyberbullying bisa muncul 24 jam di manapun, kapanpun sehingga tidak ada ruang aman bagi korban," jelas dia kepada Suara.com beberapa waktu lalu.

Inilah yang membuat korban cyberbullying yang tidak kuat menerima hujatan akan mengalami dampak yang lebih parah daripada bullying tradisional. Iqbal mengungkap dampak akibat cyberbullying ada dua. Pertama, yakni si korban mengalami penurunan performa akademis, seperti nilai atau IPK jatuh.

Kedua, mereka kerap melakukan perilaku berisiko, seperti menggunakan narkoba, kebut-kebutan di jalan yang akan berujung pada tindakan bunuh diri.

"Banyak orang yang bunuh diri setelah kejadian cyberbullying. Ini sangat sulit dihadapi," ujar dia.

Parahnya, menurut Iqbal, kebanyakan respon orang ketiga, seperti orangtua dan guru, yang bisa menjadi tempat mengadu, tidak siap untuk menghadapi bullying di dunia maya ini. Sehingga, anak-anak akan lebih mengalami depresi.

"Kalau bullying tradisional, di sekolah ada guru BK. Kalau cyberbullying sulit meresponnya. Mau mencari pun sulit. Ini yang menyebabkan luka yang lebih parah pada mereka," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI