Suara.com - Wabah Ebola masih merajalela di Republik Demokratik Kongo. Data terbaru menyebut total kasus Ebola mencapai 358, dengan 213 orang korban meninggal dunia.
Lambatnya penanganan Ebola di Kongo terjadi karena konflik antara militan dan pemerintah. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang rusak membuat tenaga kesehatan sulit mengobati warga yang mengalami Ebola.
Dilansir CNN, laporan terbaru menyebut serangan militan terjadi di dekat Ebola Response Emergency Operation Center, di mana banyak tenaga kesehatan yang menjadi korban.
Diketahui, setidaknya ada 7 orang tenaga kesehatan yang meninggal karena serangan tersebut, dan 10 orang lainnya luka-luka.
Baca Juga: Cegah Wabah Ebola, Uganda Mulai Vaksinasi Massal
Selain serangan dari kelompok militan, masalah lainnya yang menghambat penanganan Ebola di Kongo adalah stigma buruk masyarakat terhadap pengobatan Ebola. Isolasi membuat pasien enggan berobat karena tak ingin dipisahkan dari keluarga.
Menteri Kesehatan Kongo, Kalenga, berpesan agar peran jejaring komunitas dan masyarakat untuk menemukan pasien Ebola kembali ditingkatkan. Pasalnya, pasien yang tak berobat bisa menjadi sumber penularan, mengingat virus Ebola yang sangat mudah menular.
"Semua orang ingin melindungi keluarga dan lingkungannya. Nah, cara terbaik untuk melindungi keluarga Anda adalah dengan melaporkan jika ada terduga pasien Ebola di sekitar Anda," tutupnya.