Suara.com - Membaca buku, berolahraga atau bercocok tanam ternyata tak hanya dapat mengisi waktu namun juga melatih kesehatan otak. Hal ini disampaikan dokter spesialis otak di Siloam Hospitals Lippo Village Tangerang, Prof, Dr, dr. Eka J Wahjoe Pramono Sp.Bs, Ph.D.
Prof Eka menjelaskan gangguan kesehatan pada otak bisa dicegah dengan melatihnya secara rutin. Selain itu, kondisi psikologis juga berperan dalam menjaga kesehatan otak.
"Hal ini agar otak bisa terus menghasilkan hormon endorfin atau minyak yang berfungsi membuat otak selalu fresh, tidak cepat pikun dan seseorang bisa selalu senang dan bahagia," ujar Prof Eka ketika mengisi seminar awam mengenai kesehatan otak di Cinemaxx Plaza Semanggi, Sabtu (17/11/2018).
Dalam seminar tersebut Prof Eka juga menunjukkan metode pembedahan otak terkini dengan teknik tiga dimensi. Menurut dia metode pembedahan 3D ini sudah tersedia di seluruh rumah sakit Siloam di Indonesia. Keunggulannya menurut Prof Eka menyajikan kondisi otak yang lebih detil sehingga penanganan bisa dilakukan secara tepat.
Baca Juga: Metode Kanguru Bisa Jadi Inkubator Alami bagi Bayi Prematur
Edukasi seputar kesehatan otak kali ini terbilang unik. Pasalnya selain dilakukan di bioskop, 300 pengunjung yang hadir juga menggunakan kacamata tiga dimensi untuk mendapatkan gambaran proses pembedahan otak secara nyata. Bahkan tidak sedikit di antara pengunjung yang berdecak kagum melihat keberhasilan para dokter dalam proses operasi dan pasien dinyatakan sembuh.
"Kami melakukan edukasi seperti ini dengan tujuan agar masyarakat bisa lebih memahami dengan mudah apa yang kami sampaikan, karena merasa lebih fun dan menarik," imbuh Prof Eka.
Menurut Prof. Eka, edukasi yang dilakukan secara langsung menjadi lebih efektif dan mengena. Ia juga mengungkapkan bahwa metode tersebut pernah diterapkannya pada kuliah terbuka yang diikuti oleh 800 mahasiswa kedokteran di Indonesia.
"Edukasi jika dilakukan dengan suara efektifnya hanya 20 persen, tetapi dengan cara seperti ini yakni dengan memadukan antara suara dan mata maka tingkat penangkapan manusia menjadi 80 persen. Saya berharap masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan otaknya," tutur Prof. Eka.
Baca Juga: Studi: Hidung Manusia Mengerucut Saat Bohong