Patahkan Penelitian Lama, Insomnia Ternyata Tak Bikin Cepat Mati

Jum'at, 16 November 2018 | 13:07 WIB
Patahkan Penelitian Lama, Insomnia Ternyata Tak Bikin Cepat Mati
Insomnia [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penderita insomnia kini bisa bernapas lega, karena Anda tidak perlu takut lagi kalau penyakit yang diderita dapat menyebabkan kematian dini. Penelitian terbaru telah mematahkannya

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medical Center menunjukkan kurang tidur dapat meningkatkan denyut jantung seseorang, efeknya diduga bisa menyebabkan kematian dini.

Namun, penulis studi berpendapat bukti yang mendukung sangat terbatas. Sebab kematian dini bisa terjadi jika ditambah dengan faktor pendukung seperti merokok atau obesitas.

Melansir dari Dailymail, penelitian terbaru yang melibatkan 36 juta orang mengungkap, tidak ada bukti kuat bahwa susah tidur berefek kematian. Tatapi, memeperngaruhi kesehatan lainnya mungkin benar.

Baca Juga: Lima Senjata di PUBG yang Harus Dihindari

Dalam review pertama, para peneliti dari Flinders University, Adelaide, menganalisis 17 studi yang menyelidiki kemungkinan hubungan antara insomnia dan mortalitas. Studi dilakukan di seluruh dunia sekitar 11 tahun. Sebagian besar peserta terdiri dari pasien yang menderita insomnia.

Insomnia didefinisikan sebagai gangguan sulit tidur pada malam hari yang dialami selama beberapa hari, pekan, atau bulan.

Maka hasil penelitian menunjukkan, insomnia dapat menyebabkan masalah kehatan bagi si penderita, mulai dari depresi, kecemasan hingga diabetes dan demensia, parahnya dapat memengaruhi umur seseorang. Studi ini dipublikasikan di jurnal Sleep Medicine Reviews.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr Nicole Lovato ini menemukan, sulit tidur pada malam haru tidak menyebabkan seseorang meninggal sebelum waktunya.

“Bagi orang-orang tertentu, mungkin mengalami insomnia yang sangat serius. Insomnia adalah gangguan tidur paling umum, yang mempengaruhi sekitar 10 hingga 30 persen orang,” ungkapnya.

Baca Juga: 3 Jurus Anies Hadapi Banjir Jakarta

JIka insomnia sudah parah, memang harus tetap konsultasikan ke dokter ya guys.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI