Suara.com - Baru-baru ini muncul sebuah video viral yang memperlihatkan aksi guru yang di-Bully oleh anak muridnya sendiri. Kejadian tersebut terjadi di dalam kelas, salah satu SMK di Kendal, Jawa Tengah.
Mem-bully guru bersama-sama oleh murid satu kelas ini beredar di media sosial. Aksi tersebut memperlihatkan sebuah guru yang tampak sedang ingin berkelahi, meski kepala sekolah menjelaskan aksi tersebut hanya bercanda, tapi pantaskah murid memperlakukan guru tersebut?
Seorang guru didorong-dorong oleh muridnya sendiri di depan kelas, aksi tidak terpuji itu dilakukan oleh 4 orang siswa. dan saat peristiwa berlangsung, siswa lainnya yang berada dalam kelas menertawakan kejadian itu.
Baca Juga: Sugiyono Martil Istri Siri hingga Tewas karena Tendang Alat Vital
Netizen pun langsung ramai mengomentari video tersebut
"Kasian mau nangis liat gurunya:( senakal nakalnya aku disekolah jg gabakal berani guyon separah itu sama guru," ujar seorang netizen.
"Kyk gt dibilang guyonan...jujur gw miris bgt ngeliatnya...walaupun gw bukan siswa yg baik dimata guru tapi gw gk prnh sampe kyk gt Ama guru...parah si asli...," seru netizen lain.
Menanggapi aksi tersebut, Psikolog Anak dan Remaja, Erna Marina menjelaskan bahwa etika kepada orang yang lebih tua atau guru yang diperlihatkan murid itu seperti sudah mati. Erna menyebut disini pentingnya ditanamkan kedisiplinan dan pola asuh anak sejak usia dini.
"Perkembangan remaja sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya. Pengajaran dan pola asuh sangat berperan dalam tumbuh kembang anak. Jika anak sejak kecil tidak diajarkan sopan santun, kedisiplinan pasti akan berpengaruh pada kehidupannya kelak.Perkembangan emosi, sosial dan moral sangat diperlukan saat anak beranjak remaja dan dewasa," jelas Erna saat dihubungi Suara.com, Selasa (13/11/2018).
Baca Juga: Bunda, Ini Ciri-Ciri Anak Mengalami Pubertas Dini
"Anak yang sejak kecil suka mem-bully atau mengalami di-bully, cenderung bisa bersikap agresif di masa remajanya. Agresif bisa dua macam yaitu agresif ke dalam dan agresif keluar. Agresif ke dalam bisa dengan anak mengalihkan dengan main game sepanjang hari sehingga ia tidak lagi punya motivasi selain main game, dan menaikkan level game nya. Sedang agresif keluar bisa berupa memukul atau tingkah laku yang menyakiti orang lain," beber Erna
Kedekatan emosional tidak bisa terjadi begitu saja , karena perkembangan emosi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan masa kecil anak. Etika dan sopan santun anak dan remaja masa kini diakui semakin terkikis dan punah. Beda dengan anak "zaman old".
Erna menggaris bawahi, ada ritual yang hilang dalam keluarga jika saat ini kita semakin sering mendengar berita ulah para remaja yang bikin geleng-geleng kepala.
"Anak zaman dulu setiap hari masih makan malam.bersama keluarga. Saat makan malam itulah terjadi komunikasi dan arena saling mengenal antara orangtua dan anak. Hal ini menyebabkan anak mudah mengembangkan sikap respek dan hormat kepada orangtua. Orangtua juga mudah memperbaiki sikap anak yang negatif," tegas Erna
Dari video viral yang tersebar, Erna melihat minimnya kematangan emosinal para remaja. Erna melihat remaja kini mudah memberontak.
"Melihat video pengeroyokan yang viral tersebut, itu bukti remaja yang mau berkuasa untuk menaklukkan figur otoritas sebagai wujud mereka merasa dewasa dan tidak mau di atur. Hal ini membuat remaja mudah melakukan hal yang agresif ke lingkungan sekitar. Jadi anak itu perlu pendidikan di rumah dan komunikasi yang terbuka. AGar anak bisa menghormati dan respek kepada orangtuanya, orang yang lebih tua atau itu gurunya sekalipun," tutup Erna.