Remaja Mabuk Oplosan Air Rebusan Pembalut, Ini Kata Psikolog

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Kamis, 08 November 2018 | 14:05 WIB
Remaja Mabuk Oplosan Air Rebusan Pembalut, Ini Kata Psikolog
ilustrasi pembalut [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - BNNP Jateng menemukan fenomena remaja mengonsumsi air rebusan pembalut sebagai pengganti narkotika. Para remaja mengonsumsi air rebusan itu karena ingin merasakan sensasi ngefly seperti mengonsumsi narkotika.

Tren oplosan murah demi menidapatkan efek narkotika memang kerap dilakoni para remaja masa kini hingga menyebabkan kematian. Banyak kreativitas mereka coba demi mabuk. Mulai dari mabuk lem, mencampur minuman energi dengan losion nyamuk, yang terbaru bahkan mabuk rebusan pembalut.

Menanggapi fenomena ini, Psikolog anak dan Remaja Erna Marina Kusuma M.Psi. C.Ft. menekankan perlunya ada pendidikan tentang kesehatan seks dan minuman keras.

"Kasus di mana mabuk remaja di jawa tengah yang tidak wajar ini perlu di perhatikan secara khusus. Karena hal itu melibatkan etika sosial, kebersihan, kesehatan dan kondisi psikologis para remaja tersebut. Para remaja sekarang tampaknya perlu di beri pendidikan di sekolah tentang seksualitas yang benar dan bagaimana menghargai, menghormati kondisi biologis mereka," seru Erna saat dihubungi Suara.com, Kamis (8/11/2018).

Baca Juga: Tebal Berkas Tuntutan Zumi Zola Sebanyak 1.211 Lembar

Pendidikan tentang kesadaran untuk menghabiskan energi dan rasa ingin tahu para remaja disebut Erna sangat perlu bimbingan khusus. Jika remaja tidak mendapatkan pengarahan maka mereka dapat hilang kontrol yang menghancurkan masa depan mereka sendiri.

Sikap protes remaja merasa benar sendiri juga sangat mempengaruhi remaja mengambil sikap tanpa berpikir panjang untuk apa ia melakukan mabuk dengan air rebusan pembalut.

"Sangat disarankan adanya pendidikan seks dan ketergantungan miras serta narkoba di sekolah untuk remaja. Penekanan dalam hal ini dapat membantu remaja berpikir positif sebelum nencoba hal yang aneh-aneh," ujarnya.

Erna menyoroti, menurutnya faktor ekonomi tidak berperan terhadap hal yang dilakukan para remaja tersebut.

"Kehidupan ekonomi lemah tidak bisa di jadikan alasan untuk melakukan hal yang tidak wajar karena banyak anak yang dari ekonomi lemah namun mampu berprestasi dan membangun masa depannya dengan lebih baik," lanjutnya.

Baca Juga: Ledakan di Bekasi karena Kebocoran Tabung Gas 12 Kilogram

Erna menyebut faktor keluarga dan sikap penerimaan lingkungan yang menjadi penyebab hal-hal negatif yang dilakukan para remaja.

"Remaja yang tidak mendapatkan penerimaan di lingkungan dan keluarga akan cenderung mencoba hal-hal aneh untuk menarik perhatian sekitar. Karena itu penting bagi orangtua dan lingkungan untuk menerima remaja tanpa menuntut secara berlebihan. Hal ini penting sebagai dasar membimbing remaja ke arah positif," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI