Studi Ungkap Manusia Punya Vaksin Alami

Rabu, 07 November 2018 | 07:37 WIB
Studi Ungkap Manusia Punya Vaksin Alami
Ilustrasi Vaksin [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kita selalu beranggapan bahwa bepergian dapat membuat virus atau pandemi menular, dibawa oleh inang dan tersebar ke belahan dunia yang lain. Makanya, ada peraturan mengenai pemberian vaksin kala hendak bepergian ke luar negeri.

Namun nyatanya, anggapan tersebut dibantah oleh tim peneliti dari Universitas Oxford di Ingris.

Para peneliti di sana mengklaim bahwa bepergian dapat melindungi manusia dari pandemi, bukan malah menyebarkannya.

Alasannya, penyebaran bakteri dan virus mematikan telah membuat imun atau sistem kekebalan tubuh jutaan manusia di dunia semakin kuat.

Baca Juga: AS Larang Warganya Bertransaksi Emas dengan Venezuela

Ini artinya, tubuh manusia telah belajar cara melawan virus dan bakteri dengan sendirinya.

Lewat jurnal New Scientist, para ahli dari Universitas Oxford mengungkapkan adanya teori 'vaksin alami'.

Dikatakan, ketika manusia terpapar bakteri atau virus, sistem kekebalan tubuh biasanya akan mencoba menemukan cara untuk melawan sumber penyakit dan mengingat reaksi tersebut di masa depan.

Di sinilah vaksin alami bekerja, di mana sistem kekebalan dapat berlatih melawan penyakit yang mengancam.

Misal pada kasus strain pandemi seperti flu babi pada 2009 lalu. Imun manusia telah berevolusi dari sebelumnya dan strain tersebut malah menjadi lebih lemah. Maka ketika strain awal flu babi menyebar, banyak orang telah mengembangkan kekebalan tubuh yang dapat melindungi mereka dari strain yang bermutasi.

Baca Juga: Keluar Rehabilitasi, Ini Postingan Pertama Demi Lovato di Medsos

Dijelaskan lebih lanjut oleh Dr. Robin Thompson, teori ini bisa menghentikan pandemi lain seperti wabah flu Spanyol pada 1918 yang telah menewaskan 50 juta orang dalam waktu hanya dua tahun. "Kami berpikir perjalanan udara adalah penyebab kenapa ada penyakit global, tapi semua salah," kata Dr. Thompson.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI