Suara.com - Stigma terhadap pengidap human immunodeficiency (HIV) yang dianggap lemah dan tak berdaya pupus di tangan4 orang ini. Mereka berhasil mengikuti lomba lari Jakarta Marathon hingga selesai.
Sebanyak 16.500 peserta mengikuti Jakarta Marathon pada Minggu, 28 Oktober 2018 lalu. Dari belasan ribu peserta, 4 orang di antaranya merupakan pengidap HIV.
Ya, Eva Dewi, Tri Eklas Tesa, Sepi Maulana Ardiansyah, dan Ade Fikran merupakan pejuang HIV yang mengikuti Jakarta Marathon untuk merealisasikan sebuah kampanye #SayaBerani dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember 2018 mendatang.
Eva Dewi, ibu dari tiga anak ini berhasil selesaikan lari marathon sejauh 10 km. Pada tahun 2014, Eva mengetahui status HIV-nya, dan dua tahun kemudian ia memutuskan untuk membuka statusnya secara umum dalam sebuah acara publik di Kedutaan Perancis.
Baca Juga: Perilaku Pesta Seks Swinger, Rentankah Terhadap HIV AIDS?
Eva tergolong aktif berolahraga. Tidak hanya untuk tetap sehat, namun juga untuk menunjukkan bahwa pejuang HIV berhak sehat dan dapat melakukan hal yang sama dengan orang lain. Sebagai seorang relawan sekaligus pelatih sepakbola dan tinju anak dan perempuan, ia berlari dalam Jakarta Marathon untuk menggalang dana program Jagoan Bintang yang merupakan program untuk anak dengan HIV di organisasi Rumah Cemara.
Sepi Maulana Adriansyah, yang akrab disapa Davi, sudah menjadi aktivis dalam program penanggulangan HIV di Indonesia selama 7 tahun terakhir. Keterlibatannya dalam program penanggulangan HIV dimulai sejak ia mengetahui status HIV-nya di usia 19 tahun. Davi berhasil menyelesaikan half marathon sejauh 21 km dengan waktu 3,5 jam.
"Saya memulai marathon ini dengan keyakinan penuh bahwa saya pasti akan melewati garis finish. Memang tidak mudah, bahkan saya sempat mengalami keram di lulut saya, tapi tantangan yang saya hadapi sama dengan peserta marathon lainnya dan tidak ada hubungannya dengan status HIV saya," ujar Davi.
Ade Fikran dan Tri Eklas Tesa juga merupakan aktivis sekaligus relawan yang membantu penggalan dana untuk pejuang HIV. Tesa merupakan salah satu rekan pelari ODHA yang akan mengikuti full marathon (42 km) pada ajang Jakarta Marathon 2018.
"HIV bukan lagi penyakit mematikan yang tidak ada obatnya. Dengan konsumsi obat ARV, saya bisa hidup sehat dan produktif. Bahkan, saya berhasil menyelesaikan half marathon di ajang seperti ini," ujar Fikran yang sudah mengikuti terapi ARV sejak tahun 2014.
Baca Juga: Cina Alami Peningkatan Kasus HIV - AIDS
Krittayawan Tina Boonto, Direktur UNAIDS Indonesia di Jakarta, menyebut partisipasi pejuang HIV dalam Jakarta Marathon 2018 dapat mematahkan mitos dan stigma soal HIV-AIDS,