Suara.com - Tentu sebagian dari Anda pernah menggemeretakkan leher untuk meredakan pegal, tapi tahukah bahwa kebiasaan tersebut ternyata bisa menyebabkan saraf kejepit.
"Gerakan berulang yang salah di leher seperti mematahkan leher ke kanan atau kiri itu bisa membebani bantalan tulang leher sehingga isi dari bantalan bocor keluar dan menjepit saraf leher," ujar dr. Phedy, Sp.OT-K, salah satu anggota Sports, Shoulder & Spine Clinic di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jumat (26/10/2018)
Jepitan saraf di leher, lanjut dia, bisa menyebabkan gejala yang beragam mulai dari rasa baal atau kesemitan di leher hingga kelumpuhan mendadak. Biasanya gejala ini berbeda tergantung pada lokasi jepitan.
Bila jepitan terjadi di pinggir, keluhan yang muncul adalah kaku, nyeri leher yang menjalar, kesemutan, atau rasa lemah pada lengan dan tangan. Sementara jika jepitan terjadi di tengah, keluhan yang muncul berupa kehilangan keseimbangan, kaku saat berjalan, rasa lemah pada tungkai sampai gangguan buang air besar dan buang air kecil, bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan secara total.
Baca Juga: Bolehkah Lelaki Pakai Produk Skincare Perempuan?
"Untuk membuktikan adanya jepitan saraf leher, dapat dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)," tambah Phedy.
Selain mencegah melakukan gerakan mengemeretakkan leher ke kanan dan ke kiri, Phedy menambahkan, sederet aktivitas fisik juga bisa membantu mencegah bantalan tulang cepat aus sehingga memicu saraf kejepit. Salah satu olahraga yang direkomendasikan adalah gerakan yang melatih kekuatan otot leher.
"Untuk mengurangi beban pada tulang maka kita harus menguatkan otot leher, salah satunya dengan olahraga. Semua olahraga yang menggerakkan otot leher bagus , tapi jangan disertai dengan beban yang berat," jelasnya.
Mulai sekarang, Anda sebisa mungkin mengurangi atau bahkan tak lagi menggemeretakkan leher ya agar terhindar dari saraf kejepit.
Baca Juga: Wisata Edukasi Bersama Burung Indonesia