Kapan Pasien Gagal Ginjal Harus Menjalani Cuci Darah?

Selasa, 23 Oktober 2018 | 20:15 WIB
Kapan Pasien Gagal Ginjal Harus Menjalani Cuci Darah?
Ilustrasi gagal ginjal [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit ginjal kronis atau sering disebut gagal ginjal merupakan salah satu masalah kesehatan global. Penyebab paling umum dari penyakit ginjal adalah diabetes dan hipertensi yang timbul dari gaya hidup yang malas bergerak, pola makan yang salah dan bertambahnya usia.

Disampaikan dr. Okki Ramadian Sp.PD dari Klinik Hemodialisa RenalTeam, pada penyakit ginjal tahap akhir atau gagal ginjal, ginjal berhenti berfungsi secara normal sehingga cairan ataupun kotoran mulai menumpuk di dalam tubuh.

Di sinilah pasien akan dihadapkan dengan dua pilihan yakni transplantasi ginjal atau cuci darah alias hemodialisa. Namun karena ketersediaan organ ginjal untuk transplantasi sangat kurang, kebanyakan pasien gagal ginjal akan direkomendasikan memilih perawatan hemodialisa.

Seminar dan diskusi soal kesehatan ginjal [Suara.com/Firsta]
Seminar dan diskusi soal kesehatan ginjal [Suara.com/Firsta]

"Perawatan hemodialisa mengambil alih tugas ginjal untuk membuang kelebihan cairan dan menyaring produk limbah dari darah, mengatur tekanan darah, keseimbangan elektrolit, dan produksi sel darah merah dalam tubuh. Oleh karena itu perawatan homedialisa yang tepat dan berkualitas tinggi sangat penting untuk kelangsungan kesehatan pasien," ujar dr Okki dalam temu media di Klinik Hemodialisa RenalTeam, Selasa (23/10/2018).

Baca Juga: Irvanto Akui Disuruh Andi Narogong Bagikan Uang ke Anggota DPR

Pasien hemodialisa, kata Okki sangat disarankan untuk menjalani perawatan dialisis tiga kali seminggu dan mengubah gaya hidup mereka. Secara keseluruhan, olahraga rutin, diet sehat, berhenti merokok dan mengelola stres harus dilakukan untuk meningkatkan harapan hidup pasien.

Dalam kesempatan yang sama, Chan Wai Chuen selaku Presiden Direktur RenalTeam Clinic menambahkan pada proses perawatan hemodialisa, air adalah faktor utama dan dibutuhkan dalam jumlah yang besar dan berkualitas. Klinik RenalTeam kata dia memastikan air yang digunakan berkualitas baik, bebas dari kuman, bakteri ataupun bahan-bahan kimia lainnya.

Pasalnya pasien gagal ginjal dengan masalah kesehatan tambahan seperti diabetes, hipertensi atau penyakit kardiovaskular sangat rentan terhadap kualitas air yang buruk.

"Itu sebabnya kami dengan bangga menjadi klinik hemodialisa pertama di Indonesia yang menggunakan Reverse Osmosis (R0) Water System dari Swedia untuk memastikan kualitas air yang baik bagi seluruh proses cuci darah. R0 water system memiliki membran khusus yang didesain untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi dalam air sehingga menghasilkan perawatan yang lebih baik bagi pasien," tambah Chuen.

RenalTeam Clinic sendiri kata Chuen telah memiliki 12 cabang di negara lain yakni sembilan di Singapura dan tiga di Malaysia. Sama seperti di klinik lainnya, RenalTeam Clinic di Indonesia memiliki ruang isolasi khusus untuk pasien hepatitis.

Baca Juga: Karya Mickey Mouse ala Didiet Maulana Muncul di JFW 2019

"lnfeksi virus hepatitis sering menyerang pasien gagal ginjal, oleh karenanya kami memisahkan tempat perawatan pasien hepatitis sehingga tidak ada peluang untuk terjadi penularan," tambah Chuen.

Dalam kesempatan yang sama, Chuen juga memperkenalkan aplikasi mobile khusus pasien RenalView, di mana pasien memiliki akses ke informasi diagnosis dan rencana pengobatan mereka, kondisi kesehatan mereka, hasil laboratorium hingga obat-obatan.

"RenalView memberikan akses kepada pasien dan pihak keluarga dapat melihat catatan kesehatan mereka kapan saja dan dimana saja, sehingga diharapkan secara psikologis dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien dan membantu kondisi kesehatan mereka secara keseluruhan," tandas Chuen. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI