Remaja Korban Bencana Rentan Alami Gangguan Jiwa

Jum'at, 12 Oktober 2018 | 17:29 WIB
Remaja Korban Bencana Rentan Alami Gangguan Jiwa
Ilustrasi remaja korban bencana. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peristiwa seperti bencana alam kerap membuat psikologis seseorang yang menjadi korban bencana terganggu. Rasa trauma hingga perasaan kehilangan yang menyayat hati menjadi salah satu pencetusnya. Hal ini tak hanya mendera orang dewasa, tapi juga para remaja.

Fase kehidupan remaja yang merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa membuat mereka rentan mengalami sederet gangguan emosi dan perilaku. Berkaca dari bencana gempa dan tsunami di Aceh pada 2004 lalu, spesialis kesehatan jiwa dr. Tjhin Wiguna, SpKJ, mengatakan pihaknya telah melakukan penelitian terhadap 1.593 remaja di Kabupaten Aceh Utara yang menjadi korban bencana. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa 132 remaja mengalami gangguan jiwa dan 60 remaja mengalami PTSD atau post traumatic stress disorder.

"Bencana alam itu bisa memicu perasaan bersalah, kenapa nggak bisa menolong ibu kita. Kenapa nggak sempat menyelamatkan hewan peliharaan. Terus, belum lagi harus mengambil alih peran orang dewasa, harus mengasuh adik-adiknya. Remaja pada gilirannya akan rendah diri dan kehilangan rasa percaya diri," ujar dr. Tjhin dalam acara Mental Health Among Youth di Gedung IMERI FKUI, Jumat (12/10/2018).

Menurut dia, perasaan seperti ini akan terekam di otak remaja, khususnya di bagian hipokampus. Jika tidak disalurkan, maka bukan tidak mungkin anak akan melakukan perilaku menyimpang, seperti yang tadinya tidak merokok menjadi seorang perokok.

Baca Juga: Menpora : Bonus Asian Para Games Cair Sebelum Keringat Mengering

Dari penelitian inilah dr. Tjhin mengatakan bahwa penting bagi semua pihak untuk melakukan pertolongan pertama psikologis (psychological first aid) pada remaja korban bencana dalam menghadapi transisi kehidupan pascabencana.

"Salah satunya bisa diwujudkan dengan membina hubungan yang penuh kasih pada remaja, berikan perasaan nyaman sehingga rasa percaya dirinya kembali tumbuh, hingga memberi akses dukungan bagi remaja yang terkena bencana untuk bertemu anggota keluarganya yang lain, serta membantunya melanjutkan cita-cita dengan kembali bersekolah," tandas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI