Remaja Krisis Identitas Berisiko Alami Penyimpangan Seksual

Jum'at, 12 Oktober 2018 | 15:27 WIB
Remaja Krisis Identitas Berisiko Alami Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual pada remaja berkaitan dengan identitas. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyimpangan seksual yang terjadi pada remaja bisa membuatnya memiliki orientasi seksual berbeda. Dikatakan dokter jiwa, penyimpangan seksual pada remaja terjadi karena adanya krisis identitas.

Disampaikan dr Petrin Redayani Lukman SpKJ (K), MPd. Ked, dari FKUI-RSCM salah satu pemicu penyimpangan seksual di kalangan remaja dan pelajar adalah kekosongan identitas saat fase pembentukan diri pada remaja.

"Remaja itu membentuk identitas, kalau ada kekurangan dia coba isi. Tapi bisa saja dia nyarinya keliru lewat perilaku penyimpangan seksual. Dia pikir itu bisa mengisi kekosongan identitasnya," ujar Petrin dalam acara Mental Health Among Youth di Gedung IMERI FKUI, Jumat (12/10/2018).

Petrin menambahkan, masyarakat tidak bisa menyalahkan penyimpangan seksual yang dialami para remaja tanpa tahu apa penyebab yang melatar belakanginya.

Baca Juga: Tasya Kamila: Remaja Wajib Tahu Kesehatan Reproduksi

Jika remaja mendapat cemohan atau bullying dari penyimpangan seksual yang dialaminya bukan tidak mungkin hal ini akan membuat mereka depresi.

"Memang secara norma itu salah tapi nggak bisa serta merta kita judge mereka itu salah. Itulah yang harus kita cegah di komunitas anak remaja. Kita cegah jangan sampai lebih berat penyimpangannya. Prinsipnya kan kalau anak sudah kesasar makin dibully ya makin kesasar," tambah dia.

Ia menambahkan, sebaiknya masyarakat tak cepat menghakimi ketika menemukan sekelompok minoritas yang melakukan penyimpangan, apalagi di kalangan remaja.

Pasalnya di fase pembentukan identitas ini, kondisi psikologis remaja belum stabil dan bisa berakibat pada depresi hingga bunuh diri.

"Itu sebabnya pola asuh memainkan peranan sekali. Bagaimana ketika remaja, orangtua jangan sebagai lawan, tapi kawan bagi anak. Ketika dia mulai jatuh cinta dengan lawan jenis jangan dilarang. Itu normal karena memang fasenya. Justru yang harus khawatir kalau anak tidak melalui fase jatuh cinta itu, nanti efeknya bisa ke penyimpangan seksual juga," tandas dia.

Baca Juga: Ini Cara Google Lindungi Remaja dari Konten Negatif

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI