Suara.com - Persalinan caesar lebih dipilih ibu modern daripada persalinan normal lewat vagina. Hal ini dibuktikan oleh studi terbaru yang diterbitkan di jurnal The Lancet.
Marleen Temmerman, peneliti dari Ghent University, Belgia, melakukan studi berdasarkan data dari 169 negara yang dimiliki Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF dari tahun 2000 hingga 2015.
Hasil studi menyebut jumlah ibu yang melakukan persalinan caesar meningkat 3,7 persen tiap tahunnya. Peningkatan persalinan caesar dari tahun 2000 hingga 2015 pun mencapai 21 persen.
"Persalinan caesar meningkat terutama di kalangan berada tanpa alasan medis. Padahal ini bisa memiliki risiko bahaya bagi ibu dan anaknya," ujar Marleen, dikutip dari Reuters.
Baca Juga: Cerita Proses Persalinan Istri, Chicco Jerikho: Luar Biasa!
Dalam studi ini juga ditemukan bahwa 60 persen negara melakukan persalinan caesar terlalu banyak, sementara 25 persen lainnya terlalu sedikit.
Negara dengan angka persalinan caesar terbesar adalah Republik Dominika dengan 58,1 persen. Sekitar 15 negara juga memiliki angka persalinan caesar di atas 40 persen.
Padahal, peneliti mencatat hanya sekitar 10-15 persen persalinan yang membutuhkan operasi caesar karena alasan medis seperti pendarahan, gangguan persalinan, hipertensi, dan juga posisi bayi yang abnormal.
Persalinan caesar yang tak dibutuhkan diketahui banyak dilakukan di Brasil dan Cina, di mana kebanyakan perempuan sudah teredukasi dengan baik soal persalinan.
Baca Juga: Kenali Sepsis, Pemicu Kematian Ibu Usai Operasi Caesar