Suara.com - Program pencegahan dan pengendalian penyakit human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immune deficiency syndrome (AIDS) di Cina mengalami hambatan.
Laporan terbaru menyebut jumlah pengidap HIV - AIDS di Cina meningkat 14 persen.
Lebih dari 820.000 orang di Cina positif terinfeksi HIV - AIDS. Parahnya, 40.000 kasus baru ditemukan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir.
Nyaris seluruh kasus baru merupakan infeksi HIV yang ditularkan melalui hubungan seksual. Hal ini menjadi masalah, karena sebelumnya hubungan seksual tidak menjadi sumber utama penularan HIV di Cina.
Baca Juga: Tips Dokter untuk Cegah Risiko Tertular HIV dari Perawatan Facial
Sebelumnya, HIV banyak terjadi di Cina akibat transfusi darah. Darah yang berasal dari pengidap HIV masuk tubuh orang sehat, dan menimbulkan penyakit.
Laporan terbaru justru menyebut infeksi HIV karena transfusi darah di Cina berangsur hilang.
Hanya saja, infeksi HIV sebagian besar bersumber dari kelompok LGBT di Cina. Hal ini dikarenakan masih tingginya stigma terhadap kelompok LGBT di negeri tirai bambu tersebut.
LGBT sudah tak lagi menjadi perbuatan kriminal di tahun 1997. Namun tingginya stigma membuat pengidap HIV gay dan lesbian harus menikah ke lawan jenis, menyebabkan penularan penyakit yang tak terpantau.
"Sekitar 70-90 persen lelaki seks lelaki akhirnya menikah dengan perempuan, yang membuat mereka tertular HIV," tulis laporan tersebut.
Baca Juga: Ramai Dibahas Perawatan Facial Sebabkan HIV, Apa Kata Dokter?
Pemerintah Cina sendiri sudah menjanjikan adanya pengobatan universal untuk HIV, namun pelaksanaannya masih jauh dari target.