Suara.com - Di usia prasekolah, anak bisa sangat memilih-milih makanan, atau biasa disebut picky eater. Pakar menyebut anak yang picky eater memiliki risiko tinggi mengalami stunting.
Disampaikan Prof. Dr. Rini Sekartini, SpA, anak yang pemilih atau juga disebut picky eater ini akan mengalami kesulitan makan jika tidak segera diatasi.
"Anak yang suka pilih-pilih makanan atau hanya mau makanan tertentu sering disebut picky eater. Sebagian besar ibu mungkin anaknya pernah mengalaminya. Anak biasanya hanya mau makan makanan tertentu, sering tutup mulut menolak makanan yang diberikan, bahkan sampai nangis terus-menerus," ujar Prof. Rini.
Picky eater sendiri tambah Prof Rini bisa ditandai dengan keengganan anak mencoba jenis makanan baru, pembatasan terhadap jenis makanan tertentu terutama sayur dan buah, dan secara ekstrim tidak tertarik terhadap makanan dengan berbagai cara yang dilakukan, yaitu menampik makanan yang tidak dia sukai, mengemut makanan, dan menutup mulut dengan rapat pada saat menghadapi makanan yang tidak dia sukai.
Baca Juga: Andi Soraya Rela Tinggalkan Dunia Hiburan demi Urus Anak
Pada usia prasekolah, anak akan mengalami perkembangan psikologis menjadi lebih mandiri, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta lebih mampu mengekspresikan emosinya. Bentuk luapan emosi yang biasa terjadi adalah menangis atau menjerit ketika anak tidak merasa nyaman. Sifat perkembangan yang terbentuk ini dapat memengaruhi pola makan anak.
Hal tersebut menyebabkan anak terkadang bersikap terlalu pemilih, misalnya cenderung menyukai makanan ringan, sehingga menjadi kenyang dan menolak makan saat waktu jam makan. Anak juga sering rewel dan memilih bermain saat orangtua menyuapi makanan.
Penelitian yang dilakukan Sudibyo Supardi dari National Institute of Health Research and Development terhadap anak prasekolah di Jakarta tahun 2015 menunjukkan hasil prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6 persen.
Masih dalam penelitian tersebut, kebanyakan kasus sulit makan berupa menghabiskan makanan kurang dari sepertiga porsi (27,5 persen), menolak makan (24,8 persen), anak rewel dan merasa tidak senang atau marah (22,9 persen), hanya menyukai satu jenis makanan (7,3 persen), hanya mau minum susu (18,3 persen), memerlukan waktu lebih dari satu jam untuk makan (19,3 persen), dan mengemut (15,6 persen).
Adapun sebanyak 50 persen anak yang mengalami susah makan memiliki keluhan gangguan kenaikan berat badan, 22 persen rewel, 12 persen nyeri epigastrium, 10 persen back arching, dan 6 persen nyeri menelan serta sering muntah.
Baca Juga: 500 Warga Makassar Tertipu Hoaks Adopsi Anak Korban Gempa Sulteng
Biasanya, tambah Prof Rini anak yang picky eater akan mengalami beberapa gejala seperti pertumbuhan tubuh terhenti, perubahan perilaku, lesu, kehilangan selera makan, dan kekurangan berat badan.