Suara.com - Bencana seperti tsunami akan membuat air bersih menjadi salah satu kebutuhan vital, namun bencana juga kerap menyisakan kerusakan fatal hingga membuat sumber air rusak, akses jalan terputus dan bantuan tersendat masuk.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui dan memiliki kemampuan tentang cara memurnikan air usai terjadi bencana.
Dirangkum dari laman Primalsurvivor.net, berikut adalah empat cara memurnikan air agar laik pakai.
1. Merebus
Baca Juga: Ribuan Orang di Bandara Palu, Panglima TNI: Minta Dievakuasi
Merebus adalah cara yang baik untuk mengolah air saat bencana terjadi.
Sebagian besar sumber terpercaya termasuk FEMA dan Palang Merah Internasional mengatakan bahwa hanya perlu waktu beberapa menit untuk membunuh bakteri, virus, dan parasit pada air.
Merebus air juga bisa membunuh ancaman kuman paling umum dan ini dianggap paling mudah untuk dilakukan. Sayangnya merebus air membutuhkan beberapa hal lain seperti waktu, api, dan bahan bakar.
2. Pemurnian dengan kimia
Pemurni kimiawi yang paling umum untuk air adalah pemutih klorin. Pastikan klotin yang digunakan tidak beraroma dan tanpa pembersih tambahan.
Baca Juga: Australia Hentikan Laju Indonesia di Piala Asia U-16
Klorin yang digunakan juga harus mengandung 8.25 persen sodium hypochlorite pada label. Anda hanya perlu memasukkan 6 tetes pemutih klorin per galon air dan diamkan selama 30 menit. Cara pemurnian seperti ini murah dan mudah.
3. Distilasi atau penyulingan
Kebanyakan proses penyuling air bekerja dengan cara direbus dan kemudian menghasilkan uap. Uap dialirkan ke wadah terpisah di mana uap kemudian dingin dan kembali menjadi air. Ide dibalik distilasi adalah bahwa mikroorganisme dan polutan dapat tertinggal.
Namun beberapa bahan kimia organik seperti pestisida dan VOC secara luas dibuat menjadi uap, sehingga proses penyuling tidak akan menghilangkan dua produk kimia tersebut.
Cara ini efektif dapat menghilangkan ancaman yang paling umum. Tapi cara ini juga membutuhkan asupan listrik yang sulit karena bencana.
4. Mengumpulkan air hujan
Mengumpulkan air hujan sebenarnya adalah bentuk distilasi natural dari matahari. Sinar matahari mampu menguapkan air menjadi uap dan kemudian mengumpul serta mendingin di langit, turun menjadi hujan.
Namun, air hujan tidak mempunyai filter sehingga bisa jadi mengandung banyak bahan kimia organik di dalamnya. Anda juga harus berhati-hati tentang cara mengumpulkan dan menyimpan air hujan sehingga bakteri dan jamur tidak mulai tumbuh.
Jika tidak ada cara lain untuk mengolah air saat keadaan darurat seperti bencana atau tsunami seperti yang baru terjadi di Palu, air hujan adalah salah satu pilihan yang paling bersih dan paling aman.