Suara.com - Trauma psikologis yang dialami korban tsunami dan gempa Palu - Donggala membuat mereka membutuhkan trauma healing.
Psikolog klinis dari Klinik Personal Growth, Veronica Adesla, mengatakan trauma healing merupakan bantuan psikologis yang diberikan pada korban yang pernah mengalami kejadian traumatis seperti perkosaan, kematian anggota keluarga, hingga bencana alam.
"Bantuan psikologis diberikan dengan menerapkan teknik-teknik stabilisasi emosi," ujar Veronica kepada Suara.com.
Salah satu teknik trauma healing yang lazim diberikan pada korban bencana alam adalah terapi Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR). Terapi EMDR dilakukan untuk penanganan korban trauma.
Baca Juga: Kenali, Ragam Gejala Trauma Psikologis Pada Korban Gempa Palu
American Psychological Association (APA) menyebut terapi EMDR dilakukan agar korban trauma tak mengingat emosi dan kejadian dengan secara seksama. Dengan rangsangan di panca indera, terapi ini mengurangi rasa sedih, takut, dan cemas yang dirasakan korban bencana alam.
"Teknik ini bertujuan untuk melepaskan tegangan emosi yang dirasakan akibat mengalami gempa dan tsunami, dan merapikan kembali pemikiran dan perasaan untuk dapat bertindak menjalani kehidupan saat ini dan masa depan," ujar Veronica lagi.
Di sisi lain, korban trauma psikologis juga harus mendapatkan stabilisasi emosi. Hal ini dilakukan agar korban trauma psikologis tak terjebak dalam emosi negatif terus menerus.
"Misalnya mendongeng, bermain, bernyanyi, senam, olahraga bersama, hingga latihan bernapas yang menyenangkan," tutup Veronica.
Itulah alasan mengapa trauma healing penting bagi korban gempa Palu dan Donggala yang mengalami trauma psikologis.
Baca Juga: Tsunami dan Gempa Palu, Waspada Trauma Psikologis Pada Pengungsi