Suara.com - Viral di media sosial cerita seorang netizen yang mengaku tertular human immunodeficiency virus (HIV) karena melakukan perawatan facial. Dokter pun memberikan tips untuk menghindari risiko tersebut.
Dr. dr. I Gusti Nyoman Darmaputra, Sp.KK, FINSDV, pemilik klinik kecantikan DNI Skin Centre, mengatakan segala tindakan medis, baik perawatan facial atau lainnya, yang melibatkan darah dan sisa darah dari pasien sebelumnya, berisiko menularkan HIV.
"Namun menularnya tidak semudah itu, masih ada faktor-faktor lain yang berperan, seperti jumlah virus di darah pasien, darah yang masuk ke tubuh pasien, sterilisasi alat medis, dan lain-lain," ungkap Darma, begitu ia biasa disapa, kepada Suara.com, Kamis (27/9/2018).
Dikatakan Darma, risiko infeksi HIV saat perawatan facial muncul karena jarum yang digunakan untuk mengeluarkan komedo, digunakan oleh banyak pasien tanpa dilakukan sterilisasi. Karena itu, pasien harus memastikan klinik kecantikan yang dikunjunginya melakukan sterilisasi dengan baik ke alat medis yang digunakan.
Baca Juga: Ramai Dibahas Perawatan Facial Sebabkan HIV, Apa Kata Dokter?
"Untuk membunuh virus HIV, tidak cukup hanya menggunakan sterilasator ozone, sebaiknya juga dilakukan teknik-teknik desinfeksi tingkat tinggi agar dapat membunuh virus secara tuntas," ujarnya lagi.
Kedua, pastikan perawatan facial dilakukan oleh dokter dan tenaga medis yang kompeten. Dalam hal ini, sebaiknya lakukan perawatan facial di dokter spesialis kulit dan kelamin atau dokter spesialis bedah plastik.
Ketiga, pasien juga bisa menanyakan proses sterilisasi yang digunakan klinik kecantikan. Dikatakan Darma, penerapan universal precaution atau cara pencegahan yang sudah menjadi pedoman WHO untuk mencegah penularan penyakit harus dilakukan dengan benar.
"Penggunaan cairan antiseptik dan desinfeksi yang benar pada kulit pasien sebelum melakukan tindakan juga sangat penting untuk mencegah penularan penyakit," tambah Ketua HIPMI Bali ini lagi,
Terakhir, Darma meminta masyarakat untuk lebih jeli memerhatikan jarum dan alat medis yang digunakan untuk perawatan facial. Pastikan jarum yang digunakan baru dan hanya digunakan untuk satu kali pemakaian.
Baca Juga: Lawan Stigma, Empat Pejuang HIV Ikut Jakarta Marathon 2018
"Perhatikan cara memproses atau steriliasi yang digunakan di klinik, karena walau terlihat bersih, belum tentu bebas penyakit. Dan yang utama, pastikan dihandle oleh dokter atau tenaga medis yang kompeten," tutupnya.