Diskusi dengan WHO, Menkes Bicara Soal Masalah TBC di Indonesia

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 27 September 2018 | 15:28 WIB
Diskusi dengan WHO, Menkes Bicara Soal Masalah TBC di Indonesia
Nila Moeloek berbicara soal masalah TBC di Indonesia bersam WHO. (Istimewa/Kemenkes)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek mengatakan tuberkulosis (TBC) membunuh 1,7 juta jiwa lebih banyak daripada AIDS dan Malaria. TBC tidak mudah ditangani, untuk itu perlu peran berbagai sektor untuk penanganannya.

Hal itu disampaikan Menkes dalam diskusi bersama Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI), WHO Global TB Program dan Stop TB Partnership Global di The Roosevelt Hotel, New york, Senin (24/9/2018) lalu.

Pertemuan ini merupakan langkah pertama diskusi untuk persiapan berbagai sektor untuk sama-sama mengeliminasi TBC yang diprediksi meluas pada tahun 2030.

“Seluruh sektor perlu dilibatkan, harmonisasi program agar visi misi sama dan pemerintah sudah menjadikan TBC sebagai salah satu prioritas Nasional dalam Renstra dan menjadikan TBC sebagai indikator PISPK dan Standar Pelayanan Minimal,” kata Nila Moeloek, dalam rilis yang diterima detikHealth.

Baca Juga: Bahas TBC, Perwakilan Indonesia Hadir di Sidang Umum PBB

Dampak TBC sangat besar dan tersebar luas. Diperkirakan mortalitas akibat TBC telah menyebabkan kerugian $ 616 miliar dalam periode 2000-2015. Dalam jangka panjang, TBC juga dapat menyebabkan kerugian lebih lanjut sebesar US $ 984 miliar secara global.

“Kita tahu bahwa TBC tidak pernah menjadi masalah yang sederhana dan mudah terutama dari sudut bagian termiskin dan terabaikan di dunia. Jelas bahwa TBC bukan hanya masalah kesehatan, tetapi membutuhkan pendekatan multidimensi untuk akhirnya dihilangkan,” ucap Nila Moeloek lagi.

Untuk mengakhiri TBC pada tahun 2030, tambah Nila Moeloek, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Butuh komitmen yang kuat dan tindakan dari semua sektor.

Langkah bersama yang dapat dilakukan menuju tahap eliminasi TBC, yakni, pertama, salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan adalah pembiayaan alternatif yang memungkinkan kombinasi negara dan donor atau sumber daya swasta harus dieksplorasi bersama di antara para pelaku yang berbeda.

Kedua, adanya kerja sama lintas sektor. Eliminasi TBC harus melibatkan komitmen jangka panjang dari semua sektor. Masyarakat misalnya, mereka dapat menjadi jembatan untuk mengakhiri TBC. Sementara pada saat yang sama bekerja erat dengan pemerintah dan akademisi dan sektor lain, sehingga akan menurunkan lebih cepat kasus TBC.

Baca Juga: Waspada, TBC Juga Bisa Menyerang Alat Kelamin! Ini Gejalanya

Ketiga, bekerja erat dengan pemerintah dalam menangani keragaman dan kompleksitas kasus TBC. Ada peraturan nasional yang tersedia untuk memastikan keberhasilan kolaborasi yang lebih kuat antar pemerintah, seperti Instruksi Presiden tentang Germas, Keputusan Menteri tentang PIS-PK, dan juga Standar Pelayanan Kesehatan Minimum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI