-Merasa hidup segan, mati tak mau, merasa hati dan pikiran kosong melompong, merasa hanya berjalan sambil tidur ketika beraktivitas, tidak lagi merasa senang ketika melakukan hobi.
-Berpikiran atau merasa kondisi mentalnya tidak stabil.
-Merasa lambat dalam menerima dan memproses sinyal yang diterima tubuh seperti pengelihatan, pendengaran, pengecap dan sensasi sentuhan.
-Kesalahan persepsi visual, seperti melihat benda lebih besar atau lebih kecil yang sebenarnya.
Baca Juga: Terlalu Wangi, Shin Peniel Bikin Personel BTOB Lain Mual
-Kesalahan persepsi suara. Suara menjadi lebih pelan atau lebih kencang dari yang sebenarnya.
-Tidak pernah merasa bugar meski tetap rajin olahraga atau selalu tidur cukup.
-Mengalami perubahan persepsi tentang citra tubuh (body image) sendiri.
-Tampak kurang empati, tidak bisa/sulit memahami keadaan sosial.
Gangguan DD terjadi ketika fungsi bagian otak yang memproses emosi, empati, dan interosepsi (fungsi yang berperan dan merasakan hal yang terjadi dalam tubuh) mengalami penurunan aktivitas.
Baca Juga: Mulianya Chacha Frederica, Ingin Bangun Rumah untuk Belajar Islam
Depersonalisasi-derealisasi juga dapat terjadi karena efek samping dari paparan kimia obat yang menekan kerja otak. Obat-obatan yang umumnya memunculkan efek mati rasa emosional adalah narkotika jenis ketamine, LSD, dan ganja. Penggunaan obat-obatan medis secara legal (diawasi dokter) seperti obat antidepresan dan anticemas golongan SSRI juga bisa menyebabkan efek samping serupa.