Suara.com - Bahaya stunting alias gagal tumbuh akan sangat mengancam masa depan anak Indonesia. Hal ini pun sudah menjadi perhatian bagi pemerintah, dengan diluncurkannya Kampanye Nasional Pencegahan Stunting pada hari ini, Minggu (16/9/2018).
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, didampingi oleh Menteri Kesehatan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Agraria dan Tata Ruang, Gubernur DKI Jakarta, Wakil Gubernur Banten, dan Wakil Gubernur DIY memimpin langsung deklarasi Kampanye Nasional Pencegahan Stunting di area Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
“Stunting tidak hanya terjadi pada anak dari keluarga miskin. Stunting juga terjadi pada anak keluarga kaya, di kota maupun di desa,” kata Moeldoko, dalam rilis yang diterima Suara.com.
Moeldoko menyebut Kampanye Nasional Pencegahan Stunting perlu dilakukan mengingat data Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat satu dari tiga anak usia di bawah 5 tahun masih mengalami stunting. Diperkirakan, saat ini jumlah anak stunting di Indonesia berkisar di angka 9 juta balita.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya. Tak hanya menghambat perkembangan otak dan tubuh anak, anak stunting juga berisiko tinggi mengalami wanprestasi di sekolah, rentan kegemukan, hingga mudah terserang penyakit tidak menular.
Hal ini tentu saja akan berdampak serius terhadap masa depan anak Indonesia, terutama dari sisi sumber daya manusia. Pada usia produktifnya, anak stunting berpenghasilan lebih rendah 20 persen daripada anak tumbuh optimal.
“Karena apapun yang kita beri, guru, laboratorium, kurikulum, atau pelatihan menjadi kurang optimal karena kemampuan otak anak-anak kita dalam menyerap ilmu pengetahuan terbatas,” jelasnya.
Bahkan masih menurut BPS, anak stunting berisiko menurunkan PDB negara hingga 3 persen. Jika dihitung, kerugian akibat stunting bisa mencapai Rp 300 triliun pertahun.
“Kalau kita cegah stunting dari sekarang, pada tahun 2040 nanti, ketika anak-anak ini berusia 22 tahun, mereka akan jauh lebih hebat daripada generasi sebelumnya. Ini investasi jangka panjang kita sebagai bangsa,” tegas Moeldoko.
Salah satu target Kampanye Nasional Pencegahan Stunting adalah menurunkan prevalensi stunting yang saat ini masih tinggi. Targetnya, prevalensi stunting bisa diturunkan dari 37,2 persen menjadi 28 persen di tahun 2019.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki pola asuh anak, pola makan, serta menciptakan sanitasi yang bersih dan sehat. Agar kondisi itu terwujud, keluarga perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak. Pemerintah menyiapkan berbagai program dan aktivitas untuk mencegah stunting, antara lain merevitalisasi pos pelayanan terpadu (Posyandu) bagi sarana pendidikan gizi dan pemantauan tumbuh kembang balita, serta melatih para petugas kesehatan dan kader agar mampu mendidik masyarakat. Juga, pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil serta vitamin A, obat cacing, dan imunisasi untuk balita.