Ibu Hamil Terpapar Asap Rokok, Risiko Janin Meninggal Naik

Kamis, 13 September 2018 | 19:05 WIB
Ibu Hamil Terpapar Asap Rokok, Risiko Janin Meninggal Naik
Paparan asap rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asap rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil, studi menyebut paparan asap rokok pada ibu hamil bisa membuat risiko janin meninggal naik cukup signifikan.

Menurut hasil penelitian dari University of York, masalah perokok pasif dan asap rokok telah menyebabkan ribuan janin meninggal sebelum lahir tiap tahunnya.

Kata peneliti, paparan asap rokok selama kehamilan memang dapat meningkatkan risiko janin yang belum lahir meninggal dunia. Jikapun tak meninggal, janin berisiko mengalami malformasi kongenital, berat lahir rendah, dan risiko lahir dengan penyakit pernapasan.

Lewat studi analisis yang dilakukan di Armenia, Indonesia, Yordania, Bangladesh dan Nepal tersebut, diketahui lebih dari 50 persen ibu hamil dilaporkan terpapar asap rokok rumah tangga.

Baca Juga: Ini Cara Alami Hilangkan Bau Asap Rokok di Kabin Mobil

Di Pakistan sendiri, sekitar 40 persen ibu hamil terpapar asap rokok dan menyebabkan sekitar 17.000 janin di antaranya mati sebelum dilahirkan.

Tim juga mengamati jumlah kehamilan dan data paparan merokok di 30 negara berkembang dari 2008 hingga 2013.

Di Indonesia misalnya, ada 10.000 kejadian janin meninggal sebelum dilahirkan yang berkaitan dengan paparan asap rokok.

Sementara di Pakistan, 1 persen bayi meninggal dunia dikaitkan dengan kebiasaan merekok ibu. Di sisi lain, angkanya naik menjadi 7 persen ketika ibu hamil menjadi perokok pasif.

Sebagian besar dari ibu hamil terpapar asap tembakau di lingkungan rumah tangga.

Baca Juga: Ketua DPR Minta Pemerintah Perbanyak Kawasan Tanpa Asap Rokok

"Ini adalah studi pertama tentang perkiraan untuk 30 negara berkembang untuk paparan asap rokok pada kehamilan dan itu mengungkapkan masalah besar, masalah yang tidak tertangani," kata peneliti utama, Kamran Siddiqi, dikutip dari Zeenews.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI