Studi: Multiple Sclerosis Kini Bisa Diprediksi 5 Tahun Sebelumnya

Jum'at, 07 September 2018 | 19:15 WIB
Studi: Multiple Sclerosis Kini Bisa Diprediksi 5 Tahun Sebelumnya
Ilustrasi CT Scan [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut hasil penelitian dari Universitas British Columbia dikatakan, masalah multiple sclerosis atau MS dapat diprediksi lima tahun sebelumnya. Multiple sclerosis atau sklerosis ganda adalah penyakit progresif yang muncul akibat sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang selaput pelindung saraf (mielin) dalam otak dan saraf tulang belakang.

Kerusakan mielin ini bisa menghalangi sinyal-sinyal saraf yang dikirim melalui otak dan mengakibatkan komunikasi antara otak dengan bagian-bagian tubuh menjadi terganggu.

Masalah tersebut diantaranya adalah masalah penglihatan, otot yang melemah, kesulitan keseimbangan dan koordinasi, serta adanya gangguan kognitif.

Melansir zeenews (9/7/2018), Peneliti bisa memprediksi beberapa tanda penyakit ini yang bisa dilihat sebelumnya. Diantaranya adalah adanya gangguan sistem saraf seperti rasa sakit atau masalah tidur.

Baca Juga: SBY Absen di Pertemuan Ketum Parpol Koalisi Prabowo - Sandiaga

"Keberadaan tanda peringatan ini terkait juga dengan penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson, tetapi ada sedikit investigasi ke pola yang sama untuk Multiple sclerosis," kata pemimpin penelitian, Helen Tremlett dari Divisi Neurologi di Universitas British Columbia, Kanada.

Untuk penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Multiple Sclerosis, tim memeriksa catatan kesehatan dari 14.000 orang dengan multiple sclerosis dan membandingkannya dengan catatan kesehatan 67.000 orang tanpa penyakit.

Fibromyalgia atau suatu kondisi yang melibatkan nyeri pada fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang, ditemukan tiga kali lebih sering pada orang yang kemudian didiagnosis dengan MS.

Sindrom iritasi usus, migrain, gangguan mood atau kecemasan juga ditemukan pada tingkat yang lebih tinggi di antara kelompok penderita MS.

Kata tim peneliti, temuan ini bisa saja dijadikan acuan para dokter untuk mendiagnosis penyakit MS dan memulai perawatan lebih awal sehingga dapat memperlambat kerusakan yang disebabkan pada otak dan sumsum tulang belakang.

Baca Juga: Keyakinan Konsumen Indonesia Anjlok 2 Bulan Terakhir, Kenapa?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI