Kata Ahli Gizi Soal Mutu Sarapan Masyarakat Indonesia

Jum'at, 07 September 2018 | 06:15 WIB
Kata Ahli Gizi Soal Mutu Sarapan Masyarakat Indonesia
Ilustrasi menu sarapan sehat. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sarapan adalah bahan bakar untuk memulai hari, karena itu mutu sarapan sangat penting dan sebisa mungkin dipenuhi oleh asupan yang bergizi.

Berbicara mengenai kebiasaan sarapan, ahli gizi Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, mengatakan bahwa dibandingkan lima tahun lalu, masyarakat Indonesia terutama siswa sekolah, remaja dan perempuan dewasa saat ini sudah semakin paham mengenai pentingnya mutu sarapan.

Namun tambahnya, menu sarapan masyarakat Indonesia cenderung masih belum memenuhi kebutuhan gizi yang lengkap dan seimbang, sehingga mutu sarapannya cenderung rendah.

"Ini dikarenakan pola kebiasaan konsumsi sarapan yang masih sebutuhnya yaitu anggapan bahwa sarapan hanya sekedar pencegah rasa lapar, ketimbang membekali tubuh dengan sumber gizi yang bisa memberikan energi dan rasa kenyang lebih lama agar tubuh lebih siap beraktivitas," kata Hardinsyah dalam acara peluncuran produk sereal sarapan NESTUM, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Bahkan data dari Survei Diet Total (SDT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kemenkes RI terhadap lebih dari 25.000 anak usia 6 sampai 12 tahun di 34 provinsi mengungkapkan bahwa hampir separuh anak atau sekitar 47,7%, belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan.

Bukan hanya itu, 66,8% anak mengonsumsi sarapan dengan mutu gizi yang rendah, terutama rendah asupan vitamin dan mineral.

Bukan hanya pada anak usia sekolah, sebanyak 30% perempuan dewasa juga tidak terbiasa sarapan, sementara 37% perempuan dewasa belum menerapkan pilihan sarapan yang memenuhi kebutuhan energinya.

Fakta-fakta soal mutu sarapan tersebut, kata praktisi gizi kebugaran Jansen Ongko, M.Sc, RD, bisa dipengaruhi oleh beragam faktor yang berkembang.

"Gaya hidup modern yang semakin sibuk, kekhawatiran meninggalkan anak dengan rasa lapar di sekolah, mitos tidak perlu sarapan kalau tidak lapar, bahkan ketakutan berlebih terhadap sumber gizi tertentu seperti karbohidrat atau gula, menjadikan pola sarapan sebutuhnya menjadi kebiasaan umum," tambah Ongko dalam acara yang sama.

Untuk itu, kepraktisan seperti produk sarapan cepat saji namun kaya gizi merupakan salah satu kunci untuk membantu masyarakat Indonesia agar mau tergerak menerapkan kebiasaan sarapan sehat.

"Peran sarapan dalam memupuk kebugaran fisik dan mental penting sekali. Pertama, sarapan memenuhi sekitar 15-30% kebutuhan gizi harian. Kedua, kebiasaan sarapan yang cerdas juga turut membantu memupuk kebiasaan pola makan yang cerdas di saat makan siang, ketika jajan, dan makan malam," tutup Ongko.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI