Psikiater Ingatkan Bahaya Stres dan Depresi Karena Tekanan Hidup

Rabu, 05 September 2018 | 18:15 WIB
Psikiater Ingatkan Bahaya Stres dan Depresi Karena Tekanan Hidup
(Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stres dan depresi berpotensi menjadi beban kesehatan terbesar nomor dua di dunia, psikiater pun mengingatkan masyarakat soal pentingnya menjaga kesehatan mental.

Dr. Eva Suryani, Sp.KJ, Kepala Divisi Edukasi dan Training, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) DKI Jakarta, stres bisa muncul akibat adanya tekanan hidup yang semakin rumit, antara lain tekanan sosial, ekonomi, pekerjaan, tingkat kemacetan, dan sebagainya.

"Di lain sisi banyak penderita yang tidak menyadari akan gejala awal stres yang mereka alami dapat berpotensi memicu depresi yang berkelanjutan," ujarnya.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pada tahun 2016, diperkirakan sekitar 35 juta orang di dunia mengalami depresi. Bahkan WHO memprediksi pada tahun 2020, depresi akan berada di bawah penyakit kardiovaskular sebagai beban kesehatan tertinggi nomor dua.

Di Indonesia, hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2013 menyebut prevalensi gangguan mental emosional seperti kecemasan dan depresi pada penduduk usia di atas 15 tahun ada di angka 6 persen.

Di sisi lain, Eva menyebut jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan mental profesional masih tergolong minim. WHO menyebut standar perbandingan antara tenaga kesehatan dan pasien yakni 1:30.000 orang.

Berlatar belakang dari hal tersebut, Halodoc yang merupakan aplikasi kesehatan terpadu berbasis online melalui salah satu fiturnya, yakni kontak dokter mencoba untuk membantu dengan menghadirkan dokter spesialis mental yang dapat dihubungi setiap saat oleh pengguna untuk berkonsultasi seputar permasalahan yang dihadapinya.

"Kami menyadari salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi permasalahan kesehatan mental di Indonesia adalah stigma negatif yang melekat di benak masyarakat dalam memandang permasalahan ini sebagai sesuatu yang memalukan sehingga membuat penderita enggan dan malu untuk berkonsultasi kepada psikolog maupun psikiater," ungkap VP Marketing Halodoc, Felicia Kawilarang.

Menurut Felicia, pihaknya berharap melalui kehadiran psikiater dan psikolog di fitur kontak dokter, pengguna tidak perlu sungkan ataupun malu karena percakapan terjadi antara dokter dan pengguna dalam aplikasi ini terjamin kerahasiannya dan tidak akan disebarluaskan.

Ia pun menambahkan saat ini jumlah dokter ahli mental atau psikiater dan psikolog yang tergabung dalam fitur kontak dokter di Halodoc berjumlah 10 orang dan masih akan terus bertambah seiring dengan kebutuhan pengguna nantinya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI