Studi: Game Tak Selamanya Buruk untuk Anak-Anak

Rabu, 15 Agustus 2018 | 20:00 WIB
Studi: Game Tak Selamanya Buruk untuk Anak-Anak
Anak Kecil Main Game [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orangtua mengurangi waktu anak-anak mereka untuk bermain video game, karena dirasa memberikan dampak buruk terhadap prestasi buah hati mereka. Tapi, tahukah Anda jika game tak selamanya buruk untuk anak-anak lho. 

Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa jenis game tertentu dapat meningkatkan kemampuan empati pada anak-anak serta membantu mereka memiliki keterampilan.

Dalam studi tersebut, tim secara acak memilih 150 anak-anak dari sekolah menengah ke dalam dua kelompok. Satu memainkan permainan eksperimental, yang disebut "Crystals of Kaydor", yang diciptakan khusus untuk penelitian dan dimaksudkan untuk mengajarkan pemainnya rasa empati.

Kelompok kedua memainkan permainan kontrol yang tersedia secara komersial dan menghibur yang disebut "Bastion" yang tidak menargetkan empati.

Baca Juga: Supermodel Project dan 99 DJ Meriahkan Magnifique Indonesia

Dalam waktu dua minggu, tim menemukan konektivitas yang lebih kuat dalam jaringan otak yang terkait dengan rasa empati setelah para siswa bermain game "Crystals of Kaydor" dibandingkan dengan "Bastion".

Selain itu, pemain "Crystals of Kaydor" juga menunjukkan konektivitas saraf yang memperkuat jaringan otak utama untuk regulasi emosi. Skor mereka juga lebih tinggi pada tes empati daripada mereka yang bermain "Bastion".

"Kesadaran bahwa keterampilan dan empati sebenarnya dapat dilatih dengan game. Ini penting karena keduanya adalah pelajaran sepanjang hidup, dan dapat dipraktekkan kapan saja dengan atau tanpa video game," kata penulis utama Tammi Kral, mahasiswa pascasarjana di Universitas Wisconsin-Madison di AS.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science of Learning, menjelaskan bahwa empati adalah langkah pertama dalam urutan yang dapat mengarah pada perilaku pro-sosial, seperti membantu orang lain yang membutuhkan.

"Jika kita tidak dapat belajar empati dengan kesulitan atau masalah orang lain, motivasi untuk membantu tidak akan muncul," kata Richard Davidson, Profesor di Universitas Wisconsin-Madison, AS.

Baca Juga: Sandiaga Uno Mau Dipanggil, Gerindra Minta Bawaslu Tak Genit

"Aspirasi jangka panjang kami untuk penelitian ini adalah bahwa game dapat dimanfaatkan untuk kebaikan. Jika industri game dan konsumen sadar akan hal ini, diharapkan mereka dapat membuat permainan video yang mengubah otak dengan cara yang mendukung kualitas yang berbudi luhur daripada kualitas destruktif," lanjut Richard.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI